Materi : Penyakit Akibat Kerja
Sub Materi : Gejala dan Pertolongan Pertama pada
Gigitan Ular, Asma, Luka, dan
Tenggelam
Genre : Adventure and Romance
Eight Forces
CREATED BY :
ZIDAN AFFAN
Pada
suatu saat, Kelompok pecinta alam dari daerah Malang yang beranggotakan Budi,
Anto, Peter, Salsa, Dea, Michael, Viona, dan Mira melakukan petualangan di
Gunung Bromo. Petualangan ini dimulai pada saat mereka masih bersiap – siap
dari daerah Malang, Mereka merencanakan petualangan ini sudah sejak lama dan
akhirnya bisa terlaksana pada saat itu.
Budi :
“Oke guys, kita sekarang persiapan untuk berangkat menuju ke Gunung
Bromo”.
Michael :
“Ini kita masih persiapan”.
Viona :
“Oh iya, kita jangan lupa membawa persiapan P3K ya guys”
Salsa :
“Iya, jadi masing – masing dari kita harus membawa persediaan P3K”.
Setelah
mereka selesai melakukan persiapan, mereka pun berangkat Bersama – sama dengan
menggunakan transportasi sepeda motor. Mereka berangkat dari Malang pukul 12.00
WIB menuju ke Kabupaten Probolinggo dan
sampai di wisata Gunung Bromo pukul 21.00 WIB. Setelah sampai disana mereka
berkumpul di loket dan membayar biaya masuk kekawasan Gunung Bromo dan mereka
juga beristirahat disana. Pada pukul 05.00 WIB, mereka sudah memasuki Kawasan
wisata Gunung Bromo.
Peter :
“Pemandangan disini indah banget, ya?”
Mira :
“Super Indah, guys”.
Dea :
“Ini masih belum seberapa, mungkin disini masih terdapat berbagai keindahan
alam
yang menakjubkan”.
Anto :
“Oke guys, sekarang kita menuju ke Danau Ranukumbolo dan nanti malam
kita juga camping disana untuk istirahat”.
Mereka
pun melakukan perjalanan menuju Danau Ranukumbolo. Setelah melewati setengah
perjalanan, sekitar pukul 12.00 WIB, terjadi hal yang tidak disangka dan tidak
diinginkan. Salah satu dari kelompok pencinta alam tersebut, yaitu Anto terkena
gigitan ular yang berasal dari semak – semak. Anto pun seketika lemas tak
berdaya, Ia terkena gigitan pada kaki kanannya. Sehingga semua temannya pun langsung
menolongnya.
Anto :
“Ahhhhhh……” (teriak kesakitan)
Michael :
“Kamu kenapa Anto ?” (Sambil menopang tubuh Anto yang hamper terjatuh)
Anto :
“Aku terkena gigitan ular” ( Meringik kesakitan)
Semua
teman Anto pun berkumpul untuk menolong Anto. Viona adalah seorang mahasiswa
fakultas kedokteran, jadi Viona pun memeriksa gejala gigitan ular tersebut. Dan
dengan tenang Viona memberikan Pertolongan pertama kepada Anto.
Viona :
“Michael, tolong istirahatkan Anto dan letakkan tempat gigitan ular lebih
rendah dari posisi tubuh lainnya.”
Michael :
“Iya Vi”.
Michael
pun mengistirahatkan Anto sesuai dengan permintaan Viona.
Viona :
“Anto tetap tenang ya. Dan kamu juga jangan banyak bergerak.”
Teman
– teman yang lainnya pu khawatir atas keadaan yang Anto alami, mereka pun hanya
bisa menenangkan dan memberikan pertolongan pertama kepada Anto, mereka tidak
bisa berbuat banyak.
Peter :
“Kamu yang tenang ya, Anto”.
Salsa :
“Kami pasti menolong kamu kok”.
Mira :
“Kamu pasti kuat, Anto”.
Anto
pun hanya terdiam seakan – akan kehilangan harapan akan kelanjutan hidupnya.
Viona membersihkan temp
at gigitan ular tersebut dengan perlahan
dan hati – hati serta tetap berusaha untuk membuat Anto tenang.
Viona :
“Peter, Tolong carikan kain yang kering dan bersih sekarang juga”.
Peter :
“ Iya Vi”.
Viona
pun menutup tempat gigitan ular menggunakan kain tersebut. Sementara Budi sibuk
melonggarkan pakaian Anto.
Budi :
“Mir, tolong sekarang kamu panggil penjaga di daerah sini”.
Mira :
“Iya Bud”.
Mira
berangkat untuk memanggilkan penjaga pada daerah itu. Setelah beberapa saat,
Mira kembali ke tempat teman – temannya Bersama dengan penjaga disana.
Budi :
“Pak, tolong bawa teman kami ke rumah sakit sekarang, Ia terkena gigitan ular
pak”.
Penjaga : “Baik, tapi harus ada salah satu
dari kalian yang menemaninya di rumah sakit”.
Michael : “Saya yang akan menemaninya pak”.
Anto dibawa ke rumah sakit oleh penjaga wisata dan
Michael. Akhirnya, mereka pun dapat melanjutkan petualangan untuk menaklukan
medan Gunung Bromo walaupun tanpa adanya Anto dan Michael.Setelah begitu jauh
mereka berjalan, mereka pun sampai di Danau Ranukumbolo tepatnya pada pukul
18.25 WIB. Budi, Viona, dan Mira mendirikan tenda untuk beristirahat pada malam
yang dingin itu, sedangkan Peter, Dea, dan Salsa mencari kayu untuk
menghangatkan diri. Setelah mereka selesai melakukan tugasnya masing – masing,
mereka pun berkumpul di sekitar api unggun untuk menghangatkan diri.
Budi : “Kita harus lebih hati – hati
dalam melakukan petualangan ini agar hal yang
tidak diinginkan bisa diminimalisir”.
Peter : “Ingat semua pesan Budi ya”.
Viona : “Ya sudah, lebih baik kita
sekarang istirahat agar kita bisa fit untuk
melanjutkan petualangan ini”.
Akhirnya mereka memasuki tenda mereka masing – masing
untuk beristirahat. Mereka sangat Lelah melakukan petualangan ini, walaupun
terdapat berbagai hambatan dan gangguan yang mengancam tidak membuat langkah
mereka berat untuk melangkah. Mereka pun tertidur lelap sampai esok pagi.
Keesokan paginya mereka bersiap – siap melanjutkan petualangan. Mereka pun siap
berangkat.
Salsa : “Ehh.. Guyss, aku masih
kepikiran sama keadaannya Anto nih”.
Budi : “Anto pasti baik – baik saja”.
Salsa : “Aku khawatir banget sama
dia”.
Viona : “Kamu tenang aja sehabis kita menyelesaikan
petualangan ini kita langsung
menuju ke rumah sakit.”
Peter : “Ya sudah, ayo kita
melanjutkan perjalanan ini.”
Mereka melanjutkan perjalanan dengan wajah yang
cerah. Dengan semangat Budi berjalan paling depan untuk menunjukkan arah mana
yang harus dituju. Di tengah – tengah perjalanan, Dea yang mempunya riwayat
penyakit asma pun kambuh akibat dari debu yang beterbangan dimana – mana.
Dea : (Sesak nafas seakan – akan
dia kehabisan nafas)
Peter : “Guyssss…… Tolongin Dea
nihhhh.”
Viona : “Dea kenapa Peter?”.
Peter : “Dea sakit asma, cepat tolong
dia”.
Viona : “Kamu tenang kan Dea biar aku
ambil dulu Inhaler nya”.
Sementara Viona mengambil Inhaler yang berada
dikotak P3K, Peter pun berusaha untuk menenangkan Dea. Setelah itu, Viona pun
kembali dengan membawa Inhalernya.
Viona : “Sal, Kamu longgarkan
pakaiannya, dan aku akan membantunya untuk
menghirup Inhalernya.”
Setelah menghirup Inhaler tersebut, Dea merasakan
keadaannya mulai membaik. Dan dia mulai sadar kembali serta dapat melihat teman
- temannya lagi.
Viona : “Bagaimana keadaanmu sekarang?”
Dea : “Alhamdulillah, keadaanku
sudah membaik.”
Budi : “Kami akan membawamu ke rumah
sakit”.
Dea : “Tidak perlu, aku ingin
melanjutkan petualangan ini. Lagi pula kondisiku kan
sudah membaik, aku ingin menikmati keindahan – keindahan ini. Jadi
biarkan
aku
melanjutkan petualangan ini”.
Budi : “Ya sudah kalau begitu kamu
boleh ikut dengan kami”.
Mereka pun melanjutkan perjalanan tersebut, langkah
demi langkah mereka lalui dera badai dan angin melawan arus mereka berjalan.
Namun, mereka tetap melangkah dan saling menguatkan satu sama lain. Perjuangan
mereka pasti akan menghasilkan suatu hasil yang tidak akan mengecewakan. Mereka
pun hampir sampai ke puncak Gunung Bromo, tiba – tiba terdapat bebatuan yang
longsor dari atas mereka. Untungnya, mereka semua berhasil menghindar dari
bebatuan tersebut.
Budi : “Awass…… semuanya menghindar
ada bebatuan yang longsor”.
Peter : “Semua perempuannya berlindung
dibelakangku”.
Budi : “Jangan sampai ada yang
terluka lagi”.
Beberapa saat kemudian………..
Budi : “Sudah tidak ada lagi batu
yang longsor”.
Peter : “Semuanya sudah aman”.
Budi : “Semuanya baik – baik aja
kan?”
Viona : “Semuanya baik – baik aja, Bud.”
Peter : “Sekarang kita lanjutkan
perjalanannya”.
Akhirnya, mereka semua sampai di puncak Gunung Bromo
dengan wajah penuh kepuasaan hati.
Budi : “Ini dia, Keindahan sebenarnya
dari Gunung Bromo”.
Viona : “Sungguh indah sekali”.
Peter : “Wow….aku baru pertama kali
melihat keindahan seperti ini.”
Mereka pun berkumpul dengan menancapkan bendera
Merah Putih di tengah – tengah mereka dengan rasa bangga, mereka hormat kepada
Bendera Merah Putih tersebut.
Peter : (menancapkan Bendera Merah
Putih)
Budi : “Dengan ini, sebagai bukti
bahwa Indonesia memiliki kekayaan dan keindahan
alam yang luar biasa. Indonesia memiliki orang – orang hebat sebagai
pembangkit bangsa ini. Kita tidak akan tau seberapa keras para pahlawan
berjuang untuk meraih Bendera pusaka Sang Merah Putih. Maka kita harus
menghormatinya. Kita juga harus yakin dalam menjalani hidup, seberapa
sulit pun hidupmu tetaplah jalani dengan tulus. Untuk semua nimat yang
diberikan, Hormatt…. Grak!!!”
Viona : “Kita nggak pernah tau bagaimana
Tuhan menciptakan semua ini tapi aku
yakin ini semua adalah nikmat atas perjuangan yang dialami.”
Ketika mereka semua sedang sibuk menikmati keindahan
Puncak Gunung Bromo, terdapat Budi dan Viona yang sedang bertemu. Budi dan
Viona memiliki rasa saling suka diantara keduanya.
Budi : “Vi, sangat indah ya
pemandangan disini”.
Viona : “Pemandangan ini bukan sekedar
indah, namun ini adalah bukti kekuasaan
yang Tuhan yang dimiliki”.
Budi : “Ada sesuatu hal yang mau aku
bicarakan kepadamu”.
Viona : “Mau bicara apa, Bud?”
Budi : “ Selama 3 tahun, kita bersama
dalam kelompok pecinta alam, aku merasakan
suatu
hal yang berbeda ketika bertemu dengan kamu. Rasanya aku ingin
selalu
dekat denganmu dan selalu siap untuk menjagamu. Aku rasa semua
ini
karena aku sayang sama kamu, kamu mau nggak menjadi pendamping
hidupku?”
Viona : “Eee…… Aku masih butuh waktu
untuk memikirkan itu. Beri aku sedikit
waktu ya, Bud”.
Budi : “Iya nggak apa – apa kok, Vi.
Aku ngerti kok ini terlalu cepat buat kamu.”
Viona : “Terima kasih, kamu sudah mau
ngerti persaanku.”
Tanpa disengaja pembicaraan itupun didengar oleh
Salsa.
Salsa : “Jadi, selama ini Budi suka
sama Viona”.(Dengan terkejut)
Setelah mereka puas menikmati keindahan Puncak
Gunung Bromo, mereka berkumpul dan memutuskan untuk pualng ke Malang. Namun,
sebelum mereka pulang mereka camping 1 malam di Danau Ranukumbolo.
Budi : “Setelah ini, ayo kita pulang
ke Malang.”
Viona : “Tapi, sebelum pulang kita
camping dulu di Danau Ranukumbolo dong”.
Dea : “Iya kita camping dulu 1
malam disini untuk beristirahat.”
Mereka kembali ke Danau Ranukumbolo untuk beristirahat
dan akan kembali ke kota asal mereka besok siang.
Peter : “Ya sudah guys. Sekarang kita
langsung menuju ke Danau Ranukumbolo.”
Salsa : “Let’s go”.
Mereka pun berangkat menuju ke Danau Ranukumbolo.
Walaupun sudah lelah, mereka tetap semangat melakukan perjalanan. Karena rasa
lelah tersebut sudah terbayarkan setelah melihat keindahan Gunung Bromo yang
menakjubkan. Setelah beberapa saat berjalan, Viona tersandung batu sehingga
membuatnya terjatuh dan menyebabkan lututnya terluka.
Viona : “Aduhhhh…… sakit”. (berteriak
dan hampir menangis)
Budi : “Viona, kamu nggak apa – apa
kah?” (dengan khawatir)
Viona : “Lututku sakit banget”.
Dengan tenang, Budi pun menolong Viona.
Budi : “Tolong, kamu ambilkan kotak
P3K. Cepat ya”.
Salsa : “Iya Bud. Segera aku
ambilkan”.
Budi pun membersihkan luka di lutut Viona dengan
menggunakan cairan antiseptik, setelah itu Budi mengoleskan antibiotikpada
luka.
Budi : “Kamu tenang ya Vi. Ini nggak
akan sakit kok”.
Viona : (hanya terdiam)
Setelah itu, Budi menutup luka menggunakan kasa
steril. Budi pun berusaha untuk mengajak Viona berdiri.
Budi : “Ayo Vi. Luka kamu sudah aku
bersihkan kok”.
Viona : “Tapi aku masih sulit untuk
berjalan”.
Budi : “Tenang aja, sekarang kamu naik
ke punggungku biar aku gendong kamu.”
Viona : “Kamu yakin Bud?”
Budi : “Aku yakin banget”.
Salsa : “Cieeeee…. Yang perhatian
banget nih”.
Dea : “Sepertinya ada yang jatuh
cinta nih”
Budi : “Apaan sih?, aku kan Cuma mau
menolong Viona”. (Salah tingkah)
Mira : “Sudahlah Bud, jangan
bohong”.
Viona : (Tersenyum ketika hendak
digendong oleh Budi)
Sambil bergurau, mereka melanjutkan perjalanan
menuju ke Danau Ranukumbolo. Setelah jauh berjalan, mereka sampai di Danau
Ranukumbolo pada sore hari dan langsung mendirikan tenda.
Peter : “Akhirnya, kita sampai juga di
Danau Ranukumbolo.”
Budi : “Ehhh…. Guys, bener ya kita
puas banget tadi”.
Peter : “nggak sia – sia juga usaha
kita untuk kesini”.
Viona : “Rasanya lega banget”.
Budi : “Ayo kita sekarang mendirikan
tenda dahulu.”
Setelah selesai mendirikan tenda, Peter dan Budi
memutuskan untuk berenang di Danau Ranukumbolo.
Budi : “Pet, bagaimana kalau kita sekarang
berenang di Danau?”
Peter : “Ayo Bud, aku sudah lama nggak
berenang nih.”
Budi : “Ayo Pet kita
berenang”.(Berteriak)
Mereka berdua berlari dan melompat untuk berenang di
danau. Viona, Salsa, Dea, dan Mira hanya melihati mereka dari tepian danau.
Viona : “Budi, kamu hati – hati ya”.
Budi : “Iya Vi.”
Mira : “Kalian ini asal – asalan aja
langsung berenang disini, kalau ada apa – apa
gimana?
Dea : “Ihh… Mira, kamu jangan
bilang gitu dong.”
Peter : “Tenang aja semuanya danau ini
aman kok.”
Setelah Peter mengabaikan perkataan Mira, kaki Peter
mengalami keram sehingga ia hampir tenggelam.
Peter : “Tolong……. Tolong……”
Budi : “Peter… Aku akan menolongmu”.
Salsa, Dea, Viona, dan
Mira : (Hanya bisa berdoa, melihat Peter
yang hampir tenggelam)
Budi berusaha menyelamatkan Peter. Akhirnya Budi
berhasil menyelamatkan Peter dan membawanya ke tepi danau.
Budi : “Pet, sadar!!”
Peter : (Pingsan)
Budi memberikan pertolongan pertama kepada Peter
dengan cara menekan dada Peter. Sehingga usaha tersebut membuat Peter sadar
kembali.
Peter : “Uhukkk……”
Budi : “Kamu nggak apa – apa kan?”
Peter : “tidak apa – apa kok Bud”
Mira : “Tadi aku bilangin nggak mau
nurut sihh”
Viona : “Kamu jangn gitu dong Mir. Ini
teman kamu kena musibah”.
Dea : “Iya nih si Mira,
memperburuk keadaan aja”.
Mira : (Cemberut)
Mereka melanjutkan bersenang – senang di Danau
Ranukumbolo hingga menjelang malam hari. Ketika hari mulai gelap, mereka semua
memasuki tenda masing – masing untuk beristirahat.
Budi : “Sekarang kita masuk tenda yuk
guys, aku sudah capek banget nih.”
Salsa : “Oke Bud”.
Waktu sudah menunjukkan larut malam, sehingga mereka
memutuskan untuk istirahat di tenda masing – masing dan melanjutkan perjalanan
kembali pada keesokan harinya. Namun, Budi tidak bisa tidur karena terus
memikirkan Viona.
Budi : “Kira – kira gimana jawaban
Viona ya. Dia mau nggak ya menerima aku. Apa
aku
tanyakan jawabannya besok pagi aja ya. Oke deh aku tanyakan besok
aja.”
Mereka melewati malam yang sunyi itu. Dan pada keesokan
harinya semua telah bangun tidur di pagi hari serta melaksanakan bersih –
bersih. Budi menghampiri Viona yang duduk termenung.
Budi : “Vi, kamu kenapa?”
Viona : “Nggak apa – apa, aku hanya
kepikiran suatu masalah aja”.
Budi : “Oh iya Vi. Bagaimana jawaban
kamu?”
Viona : (Berpikir sejenak) “Akum au kok
menjadi pendamping kamu”.
Budi : “Jadi kamu beneran mau?”
(sambal kegirangan)
Viona : “Iya aku mau”
Setelah mereka selesai bersih – bersih, mereka
melanjutkan perjalanan untuk pulang ke daerah Malang. Mereka berjalan jauh
untuk kembali ke tempat asal mereka. Pada siang hari, akhirnya mereka sampai di
pintu masuk Kawasan Gunung Bromo.
Salsa : “Akhirnya ya kita bisa pulang
dengan selamat”.
Budi : “Ehhh guysss… bagaimana kalau
kita sekarang ke rumah sakit dahulu untuk
melihat keadaan Anto?”
Salsa : “Iya Bud, kasihan banget si
Anto.”
Setelah berbincang – bincang, mereka memutuskan
untuk pergi ke rumah sakit dahulu untuk melihat keadaan Anto. Setelah beberapa
menit perjalanan, mereka akhirnya sampai
di rumah sakit tempat Anto dirawat.
Viona : “Suster, saya mau tanya, saudara
Anto dirawat di ruang mana ya?”
Suster : “Saudara Anto yang terkena
gigitan ular ya mbak?”
Viona : “Iya Suster”.
Suster : “Saudara Anto dirawat di ruang
nomer 22 mbak.”
Viona : “Oh… terima kasih ya sus”.
Suster : “Sama – sama mbak”.
Mereka semua menuju ke ruang 22 untuk melihat
keadaan Anto, sesampainya disana terlihat Anto yang terbaring dan Michael yang
sedang duduk disampingnya.
Budi : “Anto, bagaimana keadaan kamu?”
Anto : “Sudah baikan lah Bud”
Michael : “Bagaimana petualangan kalian seru
nggak?”
Salsa : “Seru banget Michael. Tapi
anggota kita nggak lengkap dalam petualangan
kali ini.”
Dea : “Disana pemandangannya indah
banget.”
Anto : “Ya sudah tidak apa – apa kok.
Lain kali kita kesana lagi.”
Peter : “Siappp to”.
Budi : “Jadi kamu kapan boleh pulang
to?”
Anto : “Nunggu diperiksa dokter dulu
Bud”
Budi memanggil dokter yang ada di rumah sakit
tersebut untuk memeriksa keadaan Anto.
Budi : “Dokter, kapan teman saya Anto
bisa pulang ?”
Dokter : “Diperiksa dulu keadaanya.
Apabila keadaannya memungkinkan untuk
pulang, sudah diperbolehkan pulang”.
Budi : “Ya sudah Dok. Sekarang juga
silahkan diperiksa teman saya.”
Budi dan dokter menghampiri kamar Anto untuk
memeriksa keadaanya. Setelah sesampainya di kamar Anto…….
Dokter : “Permisi, saudara Anto saya
periksa dulu ya”.
Peter : “Iya silahkan dok”.
Dokter memeriksa keadaan Anto yang masih terbaring.
Setelah beberapa saat kemuadian, dokter memberikan informasi mengenai keadaan
Anto.
Budi : “Bagaimana keadaan Anto dok”.
Dokter : “Anto sudah boleh pulang sekarang
juga”.
Semua teman – teman Anto langsung menghadap ke arah
dokter dengan raut muka yang tersenyum bahagia.
Salsa : “Jadi beneran Anto sudah boleh
pulang dok?”
Dokter : “Iya Anto sudah diperbolehkan
untuk pulang”
Dea : “Horeeee…”
Salsa : “Alhamdulillah…”
Peter : “Ehh… Kalian ini berisik aja,
ini itu rumah sakit”.
Mira : “Dasar kalian ini”.
Dengan senang, mereka membantu Anto untuk persiapan
pulang, Peter menolong Anto untuk berdiri, sedangkan Budi dengan yang lainnya
berkemas barang – barang milik Anto.
Michael : “Yaudah guys sekarang kita pulang
yuk”.
Salsa : “Oke guys”
Mereka Bersama – sama keluar dari rumah sakit dengan
tawa yang bahagia. Namun ada satu masalah lagi yang mereka hadapi.
Budi : “Tapi Anto bisa naik sepeda
motor nggak ya ?”
Peter : “Iya kamu bisa apa nggak
Anto?”
Anto : “Tenang aja guysss aku bisa
naik sepeda motor, lagipula lukaku sudah tidak
terasa sakit lagi”.
Dea : “Alhamdulillah…… dehh kalau
gitu”.
Mereka yang menggunakan sepeda motor mereka
berangkat dari rumah sakit yang berada di Kabupaten Probolinggo menuju ke Kota
Malang. Mereka berangkat dari Kabupaten
Probolinggo pada sore hari. Setelah begitu lamanya perjalanan, akhirnya mereka
sampai di Kota Malang pada malam hari.
Budi : “Kita sudah sampai di Kota
Malang nih guys, bagaimana kalau kita menginap
di
basecamp dulu, lalu besok pagi kita kembali ke rumah masing – masing?”
Michael : “Iya aku setuju Bud. Lagipula Anto
kan masih sakit, kasihan dia juga lelah
setelah perjalanan tadi”.
Viona : “Aku pasti setuju kok dengan
kamu” (Sambil tersipu malu)
Salsa : “Kalian belum tau ya kalau
mereka berdua sudah jadian”.
Peter : “Cieeee…. Yang jadian nih”.
Dea : “Bentar ada traktiran nih”.
Budi : “Apaan sih kalian”. (sambl
tersenyum)
Mereka semua menginap 1 malam di basecamp. Hingga
pagi hari menjelang mereka semua bangun dan bersiap – siap untuk pulang ke
rumah masing – masing.
Peter : “Aku pulang dulu ya guys”.
Budi : “Ayo Vi kamu pulang sama aku
aja. Aku anterin kamu sampai rumah kamu”.
Viona : “Iya Bud”.
Mereka semua kembali pulang ke rumah mereka masing –
masing. Inilah petualangan yang paling seru yang pernah mereka lakukan. Kesan
indah dan duka terus teringat di dalam benak mereka. Ada kebahagiaan yang
mendalam di hati mereka. Tuhan memberikan keindahan untuk dijaga dan dinikmati,
seakan – akan itu merupakan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dan kita tidak
pernah tau, walaupun berat perjuangan menghadapi tetapi masih terselip
kebahagiaan dan keindahan yang begitu besar. Say “bye” to Bromo Mountain, and
see you next time off the future.