REMIDIAL UAS GANJIL 2019/2020




TUGAS REMIDI



Hai, hai, murid – murid kelas X AKL, berikut adalah tugas remidi mata pelajaran Etika Profesi.

Bagi yang remidi hukumnya wajib mengerjakan, sedangkan bagi yang tidak remidi, bisa ikut mengerjakan untuk TAMBAHAN NILAI, dan berkesempatan untuk mendapatkan GOLDEN TICKET yang manfaatnya bisa kamu gunakan di masa depan. Heheh.

AYO ASAH KREATIVITSMU LEWAT TUGAS INI!!


Tugas remidinya adalah:


1.      Buatlah cerpen (cerita pendek) yang didasari dari materi – materi etika profesi yaitu :
a.       Kesehatan Kerja (Materi bisa dibaca di sini Kesehatan Kerja)
b.      Keselamatan kerja
c.       Penyakit Akibat kerja (Materi bisa dibaca di sini Penyakit Akibat Kerja)
d.      Pertolongan Pertama pada Penyakit atau Kecelakaan Kerja

2.      Jika sudah memilih materi mana yang akan dibuat, silahkan pilih sub materi yang lebih spesifik. Misalnya cara penanganan pingsan, dehidrasi, asma, atau boleh juga membahas mengenai penyebab penyakit, atau masalah – masalah kecelakaan kerja seperti banjir, kebakaran, dll.

3.      Cerpen boleh bersifat fiksi (tidak nyata, khayalan) boleh juga non fiksi (dari kisah nyata, pengalam pribadi, fakta).

4.      Genre yang bisa digunakan bebas dan tergantung pada kesukaan masing – masing, seperti:
a.       Romance
b.      Sci-Fi
c.       Thriller
d.      School Life
e.       Detective
f.       Misteri
g.      Horor
h.      Slice of Life, etc

5.      Bahasa yang digunakan boleh formal ataupun nonfromal. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. 

6.      Cerpen dikerjakan secara individu.

7.    Tulisan harap diketik dengan aturan Min. 1,5 halaman A4,plilhan dan size huruf 12 pt, spasi 1,5.


8.      Cerpen paling lambat dikumpulkan pada hari Rabu, 18 Desember 2019 pukul 23.59 WIB!



Contoh cerpen bisa dilihat di bawah ini!


Materi                       : Penyakit Akibat Kerja


Sub Materi    : Gejala pingsan dan pertolongan pertama pada pingsan

Genre                        : Fiksi, Romance


KAMU JATUH, AKU TANGKAP

By : Hilda Tris B

Matahari begitu terik hingga Sinta ingin memarahinya. Siang itu Sinta baru saja pulang dari sekolahnya yang berada tidak jauh dari rumah. Tidak seperti biasanya, hari itu ia pulang sendirian dengan berjalan kaki. Beban berat yang menggantung di bahunya semakin membuat Sinta merasa ingin cepat pulang.
Baru saja ia memasuki gerbang kompleksnya tinggal, ia merasa tubuhnya begitu ringan sampai – sampai ia tidak bisa menopang tubuhnya. Ia begitu yakin ia akan jatuh ke tanah dan sudah menyiapkan diri untuk bertemu dengan aspal sampai akhirnya seseorang menangkap tubuhnya.
Pandangan Sinta sedikit kabur dan kepalanya terasa berat. Pemandangan terakhir yang ia lihat adalah sembuart sinar matahari dan seseorang yang berusaha memanggil namanya.
“Sinta, bangun, kamu nggak papa kan?”kata sosok itu. Sinta merasa pipinya ditepuk dengan lembut. Tapi matanya sudah tidak sanggup untuk mengenali sosok itu.
Semuanya menjadi hitam.


Sinta merasa tubuhnya begitu hangat dan menemukan dirinya sedang tertidur di sebuah tempat yang tidak familiar. Bau obat menyeruak di hidungnya. Matanya mengerjap – ngerjap membiasakan diri.
“Sinta, kamu nggak papa?”kata suara yang begitu ia kenal.
Ternyata itu teman Sinta yang bernama Deasy. Sinta berusaha untuk bangun dan Deasy membantunya duduk.
“Loh, Des, aku dimana?”
“Kamu lagi di puskesmas.”
“Hah? Kenapa aku bisa di puskesmas?”
“Tadi kamu pingsan di jalan, jadinya aku bawa kamu ke sini.”
“Oh, jadi tadi yang nolongin aku itu kamu?”
“Sebenarnya bukan aku sih, tapi si Toni?”
“Toni?”
“Iya, dia tadi yang nolongin kamu, terus dia nelfon aku supaya aku ke sini.”
“Oh gitu, sekarang Toni dimana?”
“Lagi cari minum deh kayaknya, bentar lagi juga balik.”
“Oh gitu.”
“Cieee, kok mukamu merah gitu sih Sin?”
“Apaan sih? Aku kan baru pingsan, jadi wajar kalau mukaku merah gini.”
“Alah, bilang aja kamu seneng kan ditolongin si Toni.”
“Nggak lah, lagian aku sama Toni juga nggak begitu kenal, palingan cuman ketemu dia kalau lagi di kantin.”
“Masak sih?”
“Iya beneran, nomor whatsapp nya aja aku nggak tahu.”
“Mau kukasih nomor whatssapp nya si Toni nggak? Aku punya nih.”
“Ihhh, Deasy, kamu apaan sih.”

Deasy yang masih terus aja menggoda Sinta tidak menyadari kedatangan Toni. Toni yang membawa sekantong belanjaan terlihat berdiri dengan canggung. Sinta pun menjadi salah tingkah.
“Eh, Toni, udah balik.”kata Deasy.
“Iya, nih aku beliin kamu minum.”kata Toni sambil menyerahkan sebotol minuman dingin pada Deasy.
Thanks. Kalau buat Sinta ada nggak?”goda Deasy.
Toni segera mengambil sebotol teh dan menyerahkannya pada Sinta. Sinta menerimanya sambil menunduk malu.
“Kalau habis pingsan lebih bagus kalau minum yang manis – manis.”kata Toni pelan.
“Makasih.”balas Sinta.

Deasy yang melihat Sinta dan Toni yang terlihat malu – malu  sedikit terkikik. Ia kemudian memberi kesempatan keduanya untuk berbicara.

“Aduh, di sini kok panas banget ya? Aku keluar dulu deh, kayaknya di luar lebih adem.”kata Deasy seraya meninggalkan mereka berdua.
“Loh, Des, tunggu.”kata Sinta berusaha mencegah Deasy. Tapi Deasy sudah menghilang di balik pintu.

Toni dan Sinta saling memandang dan suasana menjadi semakin canggung. Keduanya tidak berbicara selama beberapa saat.

“Anu, makasih udah nolongin aku tadi.”kata Sinta memcah keheningan.
“Sama – sama, kebetulan aku ada di sana pas kamu pingsan.’
“Oh ya? kok timingnya bisa pas banget ya?”
“Biasanya aku kalau pulang juga lewat situ, jadi kebetulan aja.”
“Oh gitu.”

Keduanya lalu diam lagi. Toni mengambil minumannya dan meminumnya agar tidak terlihat gugup.

“Enggak, sebenarnya nggak gitu.”kata Toni tiba – tiba.
“Eh?”
“Sebenarnya aku nggak kebetulan lewat situ?”
“Trus?”tanya Sinta penasaran.
“Aku khawatir sama kamu, jadinya aku ngikutin kamu pulang.”
“Hah? Emangnya aku kenapa kok kamu sampai khawatir gitu?”
“Tadi kamu habis olahraga kan, tapi kamu sama sekali nggak minum, dan di kantin pun yang biasanya kita ketemu kamu nggak ada di sana juga. Jadi kupikir kamu pasti kenapa – napa?”
“Aku emang ngerasa agak lemes sih tadi. Telingaku juga berdengung terus.Makanya aku di kelas dan nggak ke kantin.”
“Aku tahu kok. Pas aku lewat kelasmu, kulihat mukamu pucat banget, makanya aku jadi khawatir.”
“Eh? Jadi selama ini kamu merhatiin aku?”
“Heh? Nggak bukan gitu, aku cuman...”Toni sedikit tergagap menjawab pertanyaan Sinta.
“Aku seneng kok kamu ternyata merhatiin aku.”
“Kamu seneng?”tanya Toni secara refleks.
“Anu maksudku aku seneng ada yang perhatian sama kesehatanku.”
“Oh gitu.”

Keduanya diam lagi saling mencuri pandang. Lalu Sinta tiba – tiba saja tersenyum geli. Toni pun ikut tersenyum.

“Sinta, aku boleh minta nomor whatsapp kamu nggak?”
“Eh, boleh. Tapi buat apa?”
“Ya, nggak apa – apa sih. Biar kalau kamu ngerasa mau jatuh pingsan lagi, aku udah siap buat nangkap kamu.”
“Ciee, kalau ini sih namanya bukan jatuh pingsan lagi, tapi jatuh cinta.”kata Deasy sambil menyeruak masuk.

NB. Kesamaan nama atau setting tidak disengaja dan tidak bermaksud apapun. Hehe

-Tamat-

REMIDIAL ETIKA PROFESI UTS GENAP 2019



TUGAS REMIDI



Hai, hai, murid – murid kelas X AKL, berikut adalah tugas remidi mata pelajaran Etika Profesi.

Bagi yang remidi hukumnya wajib mengerjakan, sedangkan bagi yang tidak remidi, bisa ikut mengerjakan untuk TAMBAHAN NILAI, dan berkesempatan untuk mendapatkan GOLDEN TICKET yang manfaatnya bisa kamu gunakan di masa depan. Heheh.

AYO ASAH KREATIVITSMU LEWAT TUGAS INI!!


Tugas remidinya adalah:


1.      Buatlah cerpen (cerita pendek) yang didasari dari materi – materi etika profesi yaitu :
a.       Kesehatan Kerja
b.      Keselamatan kerja
c.       Penyakit Akibat kerja
d.      Pertolongan Pertama pada Penyakit atau Kecelakaan Kerja

2.      Jika sudah memilih materi mana yang akan dibuat, silahkan pilih sub materi yang lebih spesifik. Misalnya cara penanganan pingsan, dehidrasi, asma, atau boleh juga membahas mengenai penyebab penyakit, atau masalah – masalah kecelakaan kerja seperti banjir, kebakaran, dll.

3.      Cerpen boleh bersifat fiksi (tidak nyata, khayalan) boleh juga non fiksi (dari kisah nyata, pengalam pribadi, fakta).

4.      Genre yang bisa digunakan bebas dan tergantung pada kesukaan masing – masing, seperti:
a.       Romance
b.      Sci-Fi
c.       Thriller
d.      School Life
e.       Detective
f.       Misteri
g.      Horor
h.      Slice of Life, etc

5.      Bahasa yang digunakan boleh formal ataupun nonfromal. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. 

6.      Cerpen dikerjakan secara individu.

7.      Jika boleh ditulis tangan atau diketik dengan ketentuan:
Tulis tangan : Minimal 1 halaman folio.
Ketik             : 1,5 halaman A4,plilhan dan size huruf bebas, spasi 1,5.

8.      Cerpen paling lambat dikumpulkan pada hari Selasa, 27 Maret 2018 pukul 23.59 WIB!



Contoh cerpen bisa dilihat di bawah ini!


Materi                       : Penyakit Akibat Kerja


Sub Materi    : Gejala pingsan dan pertolongan pertama pada pingsan

Genre                        : Fiksi, Romance


KAMU JATUH, AKU TANGKAP

By : Hilda Tris B

Matahari begitu terik hingga Sinta ingin memarahinya. Siang itu Sinta baru saja pulang dari sekolahnya yang berada tidak jauh dari rumah. Tidak seperti biasanya, hari itu ia pulang sendirian dengan berjalan kaki. Beban berat yang menggantung di bahunya semakin membuat Sinta merasa ingin cepat pulang.
Baru saja ia memasuki gerbang kompleksnya tinggal, ia merasa tubuhnya begitu ringan sampai – sampai ia tidak bisa menopang tubuhnya. Ia begitu yakin ia akan jatuh ke tanah dan sudah menyiapkan diri untuk bertemu dengan aspal sampai akhirnya seseorang menangkap tubuhnya.
Pandangan Sinta sedikit kabur dan kepalanya terasa berat. Pemandangan terakhir yang ia lihat adalah sembuart sinar matahari dan seseorang yang berusaha memanggil namanya.
“Sinta, bangun, kamu nggak papa kan?”kata sosok itu. Sinta merasa pipinya ditepuk dengan lembut. Tapi matanya sudah tidak sanggup untuk mengenali sosok itu.
Semuanya menjadi hitam.


Sinta merasa tubuhnya begitu hangat dan menemukan dirinya sedang tertidur di sebuah tempat yang tidak familiar. Bau obat menyeruak di hidungnya. Matanya mengerjap – ngerjap membiasakan diri.
“Sinta, kamu nggak papa?”kata suara yang begitu ia kenal.
Ternyata itu teman Sinta yang bernama Deasy. Sinta berusaha untuk bangun dan Deasy membantunya duduk.
“Loh, Des, aku dimana?”
“Kamu lagi di puskesmas.”
“Hah? Kenapa aku bisa di puskesmas?”
“Tadi kamu pingsan di jalan, jadinya aku bawa kamu ke sini.”
“Oh, jadi tadi yang nolongin aku itu kamu?”
“Sebenarnya bukan aku sih, tapi si Toni?”
“Toni?”
“Iya, dia tadi yang nolongin kamu, terus dia nelfon aku supaya aku ke sini.”
“Oh gitu, sekarang Toni dimana?”
“Lagi cari minum deh kayaknya, bentar lagi juga balik.”
“Oh gitu.”
“Cieee, kok mukamu merah gitu sih Sin?”
“Apaan sih? Aku kan baru pingsan, jadi wajar kalau mukaku merah gini.”
“Alah, bilang aja kamu seneng kan ditolongin si Toni.”
“Nggak lah, lagian aku sama Toni juga nggak begitu kenal, palingan cuman ketemu dia kalau lagi di kantin.”
“Masak sih?”
“Iya beneran, nomor whatsapp nya aja aku nggak tahu.”
“Mau kukasih nomor whatssapp nya si Toni nggak? Aku punya nih.”
“Ihhh, Deasy, kamu apaan sih.”

Deasy yang masih terus aja menggoda Sinta tidak menyadari kedatangan Toni. Toni yang membawa sekantong belanjaan terlihat berdiri dengan canggung. Sinta pun menjadi salah tingkah.
“Eh, Toni, udah balik.”kata Deasy.
“Iya, nih aku beliin kamu minum.”kata Toni sambil menyerahkan sebotol minuman dingin pada Deasy.
Thanks. Kalau buat Sinta ada nggak?”goda Deasy.
Toni segera mengambil sebotol teh dan menyerahkannya pada Sinta. Sinta menerimanya sambil menunduk malu.
“Kalau habis pingsan lebih bagus kalau minum yang manis – manis.”kata Toni pelan.
“Makasih.”balas Sinta.

Deasy yang melihat Sinta dan Toni yang terlihat malu – malu  sedikit terkikik. Ia kemudian memberi kesempatan keduanya untuk berbicara.

“Aduh, di sini kok panas banget ya? Aku keluar dulu deh, kayaknya di luar lebih adem.”kata Deasy seraya meninggalkan mereka berdua.
“Loh, Des, tunggu.”kata Sinta berusaha mencegah Deasy. Tapi Deasy sudah menghilang di balik pintu.

Toni dan Sinta saling memandang dan suasana menjadi semakin canggung. Keduanya tidak berbicara selama beberapa saat.

“Anu, makasih udah nolongin aku tadi.”kata Sinta memcah keheningan.
“Sama – sama, kebetulan aku ada di sana pas kamu pingsan.’
“Oh ya? kok timingnya bisa pas banget ya?”
“Biasanya aku kalau pulang juga lewat situ, jadi kebetulan aja.”
“Oh gitu.”

Keduanya lalu diam lagi. Toni mengambil minumannya dan meminumnya agar tidak terlihat gugup.

“Enggak, sebenarnya nggak gitu.”kata Toni tiba – tiba.
“Eh?”
“Sebenarnya aku nggak kebetulan lewat situ?”
“Trus?”tanya Sinta penasaran.
“Aku khawatir sama kamu, jadinya aku ngikutin kamu pulang.”
“Hah? Emangnya aku kenapa kok kamu sampai khawatir gitu?”
“Tadi kamu habis olahraga kan, tapi kamu sama sekali nggak minum, dan di kantin pun yang biasanya kita ketemu kamu nggak ada di sana juga. Jadi kupikir kamu pasti kenapa – napa?”
“Aku emang ngerasa agak lemes sih tadi. Telingaku juga berdengung terus.Makanya aku di kelas dan nggak ke kantin.”
“Aku tahu kok. Pas aku lewat kelasmu, kulihat mukamu pucat banget, makanya aku jadi khawatir.”
“Eh? Jadi selama ini kamu merhatiin aku?”
“Heh? Nggak bukan gitu, aku cuman...”Toni sedikit tergagap menjawab pertanyaan Sinta.
“Aku seneng kok kamu ternyata merhatiin aku.”
“Kamu seneng?”tanya Toni secara refleks.
“Anu maksudku aku seneng ada yang perhatian sama kesehatanku.”
“Oh gitu.”

Keduanya diam lagi saling mencuri pandang. Lalu Sinta tiba – tiba saja tersenyum geli. Toni pun ikut tersenyum.

“Sinta, aku boleh minta nomor whatsapp kamu nggak?”
“Eh, boleh. Tapi buat apa?”
“Ya, nggak apa – apa sih. Biar kalau kamu ngerasa mau jatuh pingsan lagi, aku udah siap buat nangkap kamu.”
“Ciee, kalau ini sih namanya bukan jatuh pingsan lagi, tapi jatuh cinta.”kata Deasy sambil menyeruak masuk.

NB. Kesamaan nama atau setting tidak disengaja dan tidak bermaksud apapun. Hehe

-Tamat-



Contoh 2




Materi              : Penyakit Akibat Kerja
Sub Materi      : Gejala dan Pertolongan Pertama pada Gigitan Ular, Asma, Luka, dan
  Tenggelam
Genre              : Adventure and Romance

Eight Forces
CREATED BY :
ZIDAN AFFAN

          Pada suatu saat, Kelompok pecinta alam dari daerah Malang yang beranggotakan Budi, Anto, Peter, Salsa, Dea, Michael, Viona, dan Mira melakukan petualangan di Gunung Bromo. Petualangan ini dimulai pada saat mereka masih bersiap – siap dari daerah Malang, Mereka merencanakan petualangan ini sudah sejak lama dan akhirnya bisa terlaksana pada saat itu.
Budi                : “Oke guys, kita sekarang persiapan untuk berangkat menuju ke Gunung
   Bromo”.
Michael           : “Ini kita masih persiapan”.
Viona              : “Oh iya, kita jangan lupa membawa persiapan P3K ya guys”
Salsa                : “Iya, jadi masing – masing dari kita harus membawa persediaan P3K”.
            Setelah mereka selesai melakukan persiapan, mereka pun berangkat Bersama – sama dengan menggunakan transportasi sepeda motor. Mereka berangkat dari Malang pukul 12.00 WIB menuju ke  Kabupaten Probolinggo dan sampai di wisata Gunung Bromo pukul 21.00 WIB. Setelah sampai disana mereka berkumpul di loket dan membayar biaya masuk kekawasan Gunung Bromo dan mereka juga beristirahat disana. Pada pukul 05.00 WIB, mereka sudah memasuki Kawasan wisata Gunung Bromo.
Peter                : “Pemandangan disini indah banget, ya?”
Mira                 : “Super Indah, guys”.
Dea                  : “Ini masih belum seberapa, mungkin disini masih terdapat berbagai keindahan
alam yang menakjubkan”.
Anto                : “Oke guys, sekarang kita menuju ke Danau Ranukumbolo dan nanti malam
    kita juga camping disana untuk istirahat”.
            Mereka pun melakukan perjalanan menuju Danau Ranukumbolo. Setelah melewati setengah perjalanan, sekitar pukul 12.00 WIB, terjadi hal yang tidak disangka dan tidak diinginkan. Salah satu dari kelompok pencinta alam tersebut, yaitu Anto terkena gigitan ular yang berasal dari semak – semak. Anto pun seketika lemas tak berdaya, Ia terkena gigitan pada kaki kanannya. Sehingga semua temannya pun langsung menolongnya.
Anto                : “Ahhhhhh……” (teriak kesakitan)
Michael           : “Kamu kenapa Anto ?” (Sambil menopang tubuh Anto yang hamper terjatuh)
Anto                : “Aku terkena gigitan ular” ( Meringik kesakitan)
            Semua teman Anto pun berkumpul untuk menolong Anto. Viona adalah seorang mahasiswa fakultas kedokteran, jadi Viona pun memeriksa gejala gigitan ular tersebut. Dan dengan tenang Viona memberikan Pertolongan pertama kepada Anto.
Viona              : “Michael, tolong istirahatkan Anto dan letakkan tempat gigitan ular lebih
    rendah dari posisi tubuh lainnya.”
Michael           : “Iya Vi”.
            Michael pun mengistirahatkan Anto sesuai dengan permintaan Viona.
Viona              : “Anto tetap tenang ya. Dan kamu juga jangan banyak bergerak.”
            Teman – teman yang lainnya pu khawatir atas keadaan yang Anto alami, mereka pun hanya bisa menenangkan dan memberikan pertolongan pertama kepada Anto, mereka tidak bisa berbuat banyak.
Peter                : “Kamu yang tenang ya, Anto”.
Salsa                : “Kami pasti menolong kamu kok”.
Mira                 : “Kamu pasti kuat, Anto”.
            Anto pun hanya terdiam seakan – akan kehilangan harapan akan kelanjutan hidupnya. Viona membersihkan temp
at gigitan ular tersebut dengan perlahan dan hati – hati serta tetap berusaha untuk membuat Anto tenang.
Viona              : “Peter, Tolong carikan kain yang kering dan bersih sekarang juga”.
Peter                : “ Iya Vi”.
            Viona pun menutup tempat gigitan ular menggunakan kain tersebut. Sementara Budi sibuk melonggarkan pakaian Anto.
Budi                : “Mir, tolong sekarang kamu panggil penjaga di daerah sini”.
Mira                 : “Iya Bud”.
            Mira berangkat untuk memanggilkan penjaga pada daerah itu. Setelah beberapa saat, Mira kembali ke tempat teman – temannya Bersama dengan penjaga disana.
Budi                : “Pak, tolong bawa teman kami ke rumah sakit sekarang, Ia terkena gigitan ular
    pak”.
Penjaga            : “Baik, tapi harus ada salah satu dari kalian yang menemaninya di rumah sakit”.
Michael           : “Saya yang akan menemaninya pak”.
                 Anto dibawa ke rumah sakit oleh penjaga wisata dan Michael. Akhirnya, mereka pun dapat melanjutkan petualangan untuk menaklukan medan Gunung Bromo walaupun tanpa adanya Anto dan Michael.Setelah begitu jauh mereka berjalan, mereka pun sampai di Danau Ranukumbolo tepatnya pada pukul 18.25 WIB. Budi, Viona, dan Mira mendirikan tenda untuk beristirahat pada malam yang dingin itu, sedangkan Peter, Dea, dan Salsa mencari kayu untuk menghangatkan diri. Setelah mereka selesai melakukan tugasnya masing – masing, mereka pun berkumpul di sekitar api unggun untuk menghangatkan diri.
Budi                : “Kita harus lebih hati – hati dalam melakukan petualangan ini agar hal yang
                            tidak diinginkan bisa diminimalisir”.
Peter                : “Ingat semua pesan Budi ya”.
Viona              : “Ya sudah, lebih baik kita sekarang istirahat agar kita bisa fit untuk
                            melanjutkan petualangan ini”.
                 Akhirnya mereka memasuki tenda mereka masing – masing untuk beristirahat. Mereka sangat Lelah melakukan petualangan ini, walaupun terdapat berbagai hambatan dan gangguan yang mengancam tidak membuat langkah mereka berat untuk melangkah. Mereka pun tertidur lelap sampai esok pagi. Keesokan paginya mereka bersiap – siap melanjutkan petualangan. Mereka pun siap berangkat.
Salsa                : “Ehh.. Guyss, aku masih kepikiran sama keadaannya Anto nih”.
Budi                : “Anto pasti baik – baik saja”.
Salsa                : “Aku khawatir banget sama dia”.
Viona              : “Kamu tenang aja sehabis kita menyelesaikan petualangan ini kita langsung
                            menuju ke rumah sakit.”
Peter                : “Ya sudah, ayo kita melanjutkan perjalanan ini.”
                 Mereka melanjutkan perjalanan dengan wajah yang cerah. Dengan semangat Budi berjalan paling depan untuk menunjukkan arah mana yang harus dituju. Di tengah – tengah perjalanan, Dea yang mempunya riwayat penyakit asma pun kambuh akibat dari debu yang beterbangan dimana – mana.
Dea                  : (Sesak nafas seakan – akan dia kehabisan nafas)
Peter                : “Guyssss…… Tolongin Dea nihhhh.”
Viona              : “Dea kenapa Peter?”.
Peter                : “Dea sakit asma, cepat tolong dia”.
Viona              : “Kamu tenang kan Dea biar aku ambil dulu Inhaler nya”.
                 Sementara Viona mengambil Inhaler yang berada dikotak P3K, Peter pun berusaha untuk menenangkan Dea. Setelah itu, Viona pun kembali dengan membawa Inhalernya.
Viona              : “Sal, Kamu longgarkan pakaiannya, dan aku akan membantunya untuk
                            menghirup Inhalernya.”
                 Setelah menghirup Inhaler tersebut, Dea merasakan keadaannya mulai membaik. Dan dia mulai sadar kembali serta dapat melihat teman - temannya lagi.
Viona              : “Bagaimana keadaanmu sekarang?”
Dea                  : “Alhamdulillah, keadaanku sudah membaik.”
Budi                : “Kami akan membawamu ke rumah sakit”.
Dea                  : “Tidak perlu, aku ingin melanjutkan petualangan ini. Lagi pula kondisiku kan
                            sudah membaik, aku ingin menikmati keindahan – keindahan ini. Jadi biarkan
                            aku melanjutkan petualangan ini”.
Budi                : “Ya sudah kalau begitu kamu boleh ikut dengan kami”.
                 Mereka pun melanjutkan perjalanan tersebut, langkah demi langkah mereka lalui dera badai dan angin melawan arus mereka berjalan. Namun, mereka tetap melangkah dan saling menguatkan satu sama lain. Perjuangan mereka pasti akan menghasilkan suatu hasil yang tidak akan mengecewakan. Mereka pun hampir sampai ke puncak Gunung Bromo, tiba – tiba terdapat bebatuan yang longsor dari atas mereka. Untungnya, mereka semua berhasil menghindar dari bebatuan tersebut.
Budi                : “Awass…… semuanya menghindar ada bebatuan yang longsor”.
Peter                : “Semua perempuannya berlindung dibelakangku”.
Budi                : “Jangan sampai ada yang terluka lagi”.
                 Beberapa saat kemudian………..
Budi                : “Sudah tidak ada lagi batu yang longsor”.
Peter                : “Semuanya sudah aman”.
Budi                : “Semuanya baik – baik aja kan?”
Viona              : “Semuanya baik – baik aja, Bud.”
Peter                : “Sekarang kita lanjutkan perjalanannya”.
                 Akhirnya, mereka semua sampai di puncak Gunung Bromo dengan wajah penuh kepuasaan hati.
Budi                : “Ini dia, Keindahan sebenarnya dari Gunung Bromo”.
Viona              : “Sungguh indah sekali”.
Peter                : “Wow….aku baru pertama kali melihat keindahan seperti ini.”
                 Mereka pun berkumpul dengan menancapkan bendera Merah Putih di tengah – tengah mereka dengan rasa bangga, mereka hormat kepada Bendera Merah Putih tersebut.
Peter                : (menancapkan Bendera Merah Putih)
Budi                : “Dengan ini, sebagai bukti bahwa Indonesia memiliki kekayaan dan keindahan
                            alam yang luar biasa. Indonesia memiliki orang – orang hebat sebagai
                            pembangkit bangsa ini. Kita tidak akan tau seberapa keras para pahlawan
                            berjuang untuk meraih Bendera pusaka Sang Merah Putih. Maka kita harus
                            menghormatinya. Kita juga harus yakin dalam menjalani hidup, seberapa
                            sulit pun hidupmu tetaplah jalani dengan tulus. Untuk semua nimat yang
                            diberikan, Hormatt…. Grak!!!”
Viona              : “Kita nggak pernah tau bagaimana Tuhan menciptakan semua ini tapi aku
                            yakin ini semua adalah nikmat atas perjuangan yang dialami.”
                 Ketika mereka semua sedang sibuk menikmati keindahan Puncak Gunung Bromo, terdapat Budi dan Viona yang sedang bertemu. Budi dan Viona memiliki rasa saling suka diantara keduanya.
Budi                : “Vi, sangat indah ya pemandangan disini”.
Viona              : “Pemandangan ini bukan sekedar indah, namun ini adalah bukti kekuasaan
                            yang Tuhan yang dimiliki”.
Budi                : “Ada sesuatu hal yang mau aku bicarakan kepadamu”.
Viona              : “Mau bicara apa, Bud?”
Budi                : “ Selama 3 tahun, kita bersama dalam kelompok pecinta alam, aku merasakan
                             suatu hal yang berbeda ketika bertemu dengan kamu. Rasanya aku ingin
                             selalu dekat denganmu dan selalu siap untuk menjagamu. Aku rasa semua
                             ini karena aku sayang sama kamu, kamu mau nggak menjadi pendamping
                             hidupku?”
Viona              : “Eee…… Aku masih butuh waktu untuk memikirkan itu. Beri aku sedikit
                            waktu ya, Bud”.
Budi                : “Iya nggak apa – apa kok, Vi. Aku ngerti kok ini terlalu cepat buat kamu.”
Viona              : “Terima kasih, kamu sudah mau ngerti persaanku.”
                 Tanpa disengaja pembicaraan itupun didengar oleh Salsa.
Salsa                : “Jadi, selama ini Budi suka sama Viona”.(Dengan terkejut)
                 Setelah mereka puas menikmati keindahan Puncak Gunung Bromo, mereka berkumpul dan memutuskan untuk pualng ke Malang. Namun, sebelum mereka pulang mereka camping 1 malam di Danau Ranukumbolo.
Budi                : “Setelah ini, ayo kita pulang ke Malang.”
Viona              : “Tapi, sebelum pulang kita camping dulu di Danau Ranukumbolo dong”.
Dea                  : “Iya kita camping dulu 1 malam disini untuk beristirahat.”
                 Mereka kembali ke Danau Ranukumbolo untuk beristirahat dan akan kembali ke kota asal mereka besok siang.
Peter                : “Ya sudah guys. Sekarang kita langsung menuju ke Danau Ranukumbolo.”
Salsa                : “Let’s go”.
                 Mereka pun berangkat menuju ke Danau Ranukumbolo. Walaupun sudah lelah, mereka tetap semangat melakukan perjalanan. Karena rasa lelah tersebut sudah terbayarkan setelah melihat keindahan Gunung Bromo yang menakjubkan. Setelah beberapa saat berjalan, Viona tersandung batu sehingga membuatnya terjatuh dan menyebabkan lututnya terluka.
Viona              : “Aduhhhh…… sakit”. (berteriak dan hampir menangis)
Budi                : “Viona, kamu nggak apa – apa kah?” (dengan khawatir)
Viona              : “Lututku sakit banget”.
                 Dengan tenang, Budi pun menolong Viona.
Budi                : “Tolong, kamu ambilkan kotak P3K. Cepat ya”.
Salsa                : “Iya Bud. Segera aku ambilkan”.
                 Budi pun membersihkan luka di lutut Viona dengan menggunakan cairan antiseptik, setelah itu Budi mengoleskan antibiotikpada luka.
Budi                : “Kamu tenang ya Vi. Ini nggak akan sakit kok”.
Viona              : (hanya terdiam)
                 Setelah itu, Budi menutup luka menggunakan kasa steril. Budi pun berusaha untuk mengajak Viona berdiri.
Budi                : “Ayo Vi. Luka kamu sudah aku bersihkan kok”.
Viona              : “Tapi aku masih sulit untuk berjalan”.
Budi                : “Tenang aja, sekarang kamu naik ke punggungku biar aku gendong kamu.”
Viona              : “Kamu yakin Bud?”
Budi                : “Aku yakin banget”.
Salsa                : “Cieeeee…. Yang perhatian banget nih”.
Dea                  : “Sepertinya ada yang jatuh cinta nih”
Budi                : “Apaan sih?, aku kan Cuma mau menolong Viona”. (Salah tingkah)
Mira                 : “Sudahlah Bud, jangan bohong”.
Viona              : (Tersenyum ketika hendak digendong oleh Budi)
                 Sambil bergurau, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Danau Ranukumbolo. Setelah jauh berjalan, mereka sampai di Danau Ranukumbolo pada sore hari dan langsung mendirikan tenda.
Peter                : “Akhirnya, kita sampai juga di Danau Ranukumbolo.”
Budi                : “Ehhh…. Guys, bener ya kita puas banget tadi”.
Peter                : “nggak sia – sia juga usaha kita untuk kesini”.
Viona              : “Rasanya lega banget”.
Budi                : “Ayo kita sekarang mendirikan tenda dahulu.”
                 Setelah selesai mendirikan tenda, Peter dan Budi memutuskan untuk berenang di Danau Ranukumbolo.
Budi                : “Pet, bagaimana kalau kita sekarang berenang di Danau?”
Peter                : “Ayo Bud, aku sudah lama nggak berenang nih.”
Budi                : “Ayo Pet kita berenang”.(Berteriak)
                 Mereka berdua berlari dan melompat untuk berenang di danau. Viona, Salsa, Dea, dan Mira hanya melihati mereka dari tepian danau.
Viona              : “Budi, kamu hati – hati ya”.
Budi                : “Iya Vi.”
Mira                 : “Kalian ini asal – asalan aja langsung berenang disini, kalau ada apa – apa
                            gimana?
Dea                  : “Ihh… Mira, kamu jangan bilang gitu dong.”
Peter                : “Tenang aja semuanya danau ini aman kok.”
                 Setelah Peter mengabaikan perkataan Mira, kaki Peter mengalami keram sehingga ia hampir tenggelam.
Peter                : “Tolong……. Tolong……”
Budi                : “Peter… Aku akan menolongmu”.
Salsa, Dea, Viona, dan Mira   : (Hanya bisa berdoa, melihat Peter yang hampir tenggelam)
                 Budi berusaha menyelamatkan Peter. Akhirnya Budi berhasil menyelamatkan Peter dan membawanya ke tepi danau.
Budi                : “Pet, sadar!!”
Peter                : (Pingsan)
                 Budi memberikan pertolongan pertama kepada Peter dengan cara menekan dada Peter. Sehingga usaha tersebut membuat Peter sadar kembali.
Peter                : “Uhukkk……”
Budi                : “Kamu nggak apa – apa kan?”
Peter                : “tidak apa – apa kok Bud”
Mira                 : “Tadi aku bilangin nggak mau nurut sihh”
Viona              : “Kamu jangn gitu dong Mir. Ini teman kamu kena musibah”.
Dea                  : “Iya nih si Mira, memperburuk keadaan aja”.
Mira                 : (Cemberut)
                 Mereka melanjutkan bersenang – senang di Danau Ranukumbolo hingga menjelang malam hari. Ketika hari mulai gelap, mereka semua memasuki tenda masing – masing untuk beristirahat.
Budi                : “Sekarang kita masuk tenda yuk guys, aku sudah capek banget nih.”
Salsa                : “Oke Bud”.
                 Waktu sudah menunjukkan larut malam, sehingga mereka memutuskan untuk istirahat di tenda masing – masing dan melanjutkan perjalanan kembali pada keesokan harinya. Namun, Budi tidak bisa tidur karena terus memikirkan Viona.
Budi                : “Kira – kira gimana jawaban Viona ya. Dia mau nggak ya menerima aku. Apa
                            aku tanyakan jawabannya besok pagi aja ya. Oke deh aku tanyakan besok
                            aja.”
                 Mereka melewati malam yang sunyi itu. Dan pada keesokan harinya semua telah bangun tidur di pagi hari serta melaksanakan bersih – bersih. Budi menghampiri Viona yang duduk termenung.
Budi                : “Vi, kamu kenapa?”
Viona              : “Nggak apa – apa, aku hanya kepikiran suatu masalah aja”.
Budi                : “Oh iya Vi. Bagaimana jawaban kamu?”
Viona              : (Berpikir sejenak) “Akum au kok menjadi pendamping kamu”.
Budi                : “Jadi kamu beneran mau?” (sambal kegirangan)
Viona              : “Iya aku mau”
                 Setelah mereka selesai bersih – bersih, mereka melanjutkan perjalanan untuk pulang ke daerah Malang. Mereka berjalan jauh untuk kembali ke tempat asal mereka. Pada siang hari, akhirnya mereka sampai di pintu masuk Kawasan Gunung Bromo.
Salsa                : “Akhirnya ya kita bisa pulang dengan selamat”.
Budi                : “Ehhh guysss… bagaimana kalau kita sekarang ke rumah sakit dahulu untuk
                            melihat keadaan Anto?”
Salsa                : “Iya Bud, kasihan banget si Anto.”
                 Setelah berbincang – bincang, mereka memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dahulu untuk melihat keadaan Anto. Setelah beberapa menit perjalanan,  mereka akhirnya sampai di rumah sakit tempat Anto dirawat.
Viona              : “Suster, saya mau tanya, saudara Anto dirawat di ruang mana ya?”
Suster              : “Saudara Anto yang terkena gigitan ular ya mbak?”
Viona              : “Iya Suster”.
Suster              : “Saudara Anto dirawat di ruang nomer 22 mbak.”
Viona              : “Oh… terima kasih ya sus”.
Suster              : “Sama – sama mbak”.
                 Mereka semua menuju ke ruang 22 untuk melihat keadaan Anto, sesampainya disana terlihat Anto yang terbaring dan Michael yang sedang duduk disampingnya.
Budi                : “Anto, bagaimana keadaan kamu?”
Anto                : “Sudah baikan lah Bud”
Michael           : “Bagaimana petualangan kalian seru nggak?”
Salsa                : “Seru banget Michael. Tapi anggota kita nggak lengkap dalam petualangan
                             kali ini.”
Dea                  : “Disana pemandangannya indah banget.”
Anto                : “Ya sudah tidak apa – apa kok. Lain kali kita kesana lagi.”
Peter                : “Siappp to”.
Budi                : “Jadi kamu kapan boleh pulang to?”
Anto                : “Nunggu diperiksa dokter dulu Bud”
                 Budi memanggil dokter yang ada di rumah sakit tersebut untuk memeriksa keadaan Anto.
Budi                : “Dokter, kapan teman saya Anto bisa pulang ?”
Dokter             : “Diperiksa dulu keadaanya. Apabila keadaannya memungkinkan untuk
                            pulang, sudah diperbolehkan pulang”.
Budi                : “Ya sudah Dok. Sekarang juga silahkan diperiksa teman saya.”
                 Budi dan dokter menghampiri kamar Anto untuk memeriksa keadaanya. Setelah sesampainya di kamar Anto…….
Dokter             : “Permisi, saudara Anto saya periksa dulu ya”.
Peter                : “Iya silahkan dok”.
                 Dokter memeriksa keadaan Anto yang masih terbaring. Setelah beberapa saat kemuadian, dokter memberikan informasi mengenai keadaan Anto.
Budi                : “Bagaimana keadaan Anto dok”.
Dokter             : “Anto sudah boleh pulang sekarang juga”.
                 Semua teman – teman Anto langsung menghadap ke arah dokter dengan raut muka yang tersenyum bahagia.
Salsa                : “Jadi beneran Anto sudah boleh pulang dok?”
Dokter             : “Iya Anto sudah diperbolehkan untuk pulang”
Dea                  : “Horeeee…”
Salsa                : “Alhamdulillah…”
Peter                : “Ehh… Kalian ini berisik aja, ini itu rumah sakit”.
Mira                 : “Dasar kalian ini”.
                 Dengan senang, mereka membantu Anto untuk persiapan pulang, Peter menolong Anto untuk berdiri, sedangkan Budi dengan yang lainnya berkemas barang – barang milik Anto.
Michael           : “Yaudah guys sekarang kita pulang yuk”.
Salsa                : “Oke guys”
                 Mereka Bersama – sama keluar dari rumah sakit dengan tawa yang bahagia. Namun ada satu masalah lagi yang mereka hadapi.
Budi                : “Tapi Anto bisa naik sepeda motor nggak ya ?”
Peter                : “Iya kamu bisa apa nggak Anto?”
Anto                : “Tenang aja guysss aku bisa naik sepeda motor, lagipula lukaku sudah tidak
                             terasa sakit lagi”.
Dea                  : “Alhamdulillah…… dehh kalau gitu”.
                 Mereka yang menggunakan sepeda motor mereka berangkat dari rumah sakit yang berada di Kabupaten Probolinggo menuju ke Kota Malang.  Mereka berangkat dari Kabupaten Probolinggo pada sore hari. Setelah begitu lamanya perjalanan, akhirnya mereka sampai di Kota Malang pada malam hari.
Budi                : “Kita sudah sampai di Kota Malang nih guys, bagaimana kalau kita menginap
                           di basecamp dulu, lalu besok pagi kita kembali ke rumah masing – masing?”
Michael           : “Iya aku setuju Bud. Lagipula Anto kan masih sakit, kasihan dia juga lelah
                           setelah perjalanan tadi”.
Viona              : “Aku pasti setuju kok dengan kamu” (Sambil tersipu malu)
Salsa                : “Kalian belum tau ya kalau mereka berdua sudah jadian”.
Peter                : “Cieeee…. Yang jadian nih”.
Dea                  : “Bentar ada traktiran nih”.
Budi                : “Apaan sih kalian”. (sambl tersenyum)
                 Mereka semua menginap 1 malam di basecamp. Hingga pagi hari menjelang mereka semua bangun dan bersiap – siap untuk pulang ke rumah masing – masing.
Peter                : “Aku pulang dulu ya guys”.
Budi                : “Ayo Vi kamu pulang sama aku aja. Aku anterin kamu sampai rumah kamu”.
Viona              : “Iya Bud”.
                 Mereka semua kembali pulang ke rumah mereka masing – masing. Inilah petualangan yang paling seru yang pernah mereka lakukan. Kesan indah dan duka terus teringat di dalam benak mereka. Ada kebahagiaan yang mendalam di hati mereka. Tuhan memberikan keindahan untuk dijaga dan dinikmati, seakan – akan itu merupakan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dan kita tidak pernah tau, walaupun berat perjuangan menghadapi tetapi masih terselip kebahagiaan dan keindahan yang begitu besar. Say “bye” to Bromo Mountain, and see you next time off the future.


Contoh 3


CERPEN
Materi : Pertolongan Pertama pada Penyakit atau Kecelakaan Kerja
Genre : Drama , Romance

 “AWAL DARI PINGSAN MENJADI DEKAT”

Oleh:
DEASY CHUMAIROH
X AKL 2


Pada suatu hari di kantor ada seorang perempuan cantik , dengan wajah yang menarik dia bernama Shania  sebagai sekertaris bos nya tetapi di sering pingsan  dikarenakan banyak pikiran dalam otaknya . Dan sini ada seorang laki laki muda bernama Azar dia baik , perhatian , dan suka menolong dia sebagai Manager di kantor itu .
Di Senin pagi Shania pergi ke kantor dengan semangatnya dia mengendarai mobil barunya sebagai awal hari dia kerja di kantor tersebut  , tetapi sayangnya dia lupa untuk sarapan pagi dia sering lupa terhadap dirinya sendiri sampai sampai  di kantornya dia merasa lemas , kepala pusing , lihat tulisan kecil seperti kabur kabur , “hei Shania kamu di cariin bos tuh” (kata dishi temannya) “iyaa aku segera kesana, terimakasih infonya” . Setelah tiba diruangannya Bosnya marah terhadap Shania karena hari pertamanya dia tidak bisa mengerjakan tugasnya dengan benar , bos berkata“Shania , saya mau laporan kamu ini bener semua , kamu kenapa ? Baru diterima kerja kok kerjaanmu  gini ?” Shania pun menjawab  “iya pak maaf kan saya , saya janji tidak akan mengulanginya lagi !” . Setelah itu , Shania pun meninggalkan ruangan bosnya dia terus memikirkan perkataan bosnya itu , dan dia segera menyelesaikan tugas tugasnya tanpa ia sadari dia belum makan .
Keesookan harinya Shania pingsan di kantor , Si azar tiba tiba datang untuk menolongnya dia berusaha untuk bisa menyadarkan dia , dia menggunakan cara yang bisa dilakukan oleh semua orang yaitu :
Yang pertama azar membawa shania ke tempat yang posisinya yang nyaman yaitu terbaring dengan kepala dimiringkan lalu kaki harus ditinggikan , lalu dishi membantu juga untuk melonggarkan pakaiannya terutama pada ikat pinggangnya ,lalu azar memberikan aroma terapi dan berusaha untuk menyadarkannya dengan memanggil namanya dan diberi pijatan pada bagian telapak kakinya antara ibu jari dan jari telunjuk tindakan ini bisa membantu penderita pingsan agar cepat sadar . Shania pun sadar lalu dia diberi minuman teh hangat manis yang akan membantu tubuh merasa lebih baik dan cairan bisa sangat baik untuk sirkulasi darah . Setelah itu posisikan Shania duduk santai dengan bersandar, tubuh akan beradaptasi dan membuat peredaran darah bisa bekerja lebih baik .
Setelah pertolongan pertama dilakukan, shania dibawah ke Rumah Sakit untuk diperiksa keadaannya , si Azar langsung menggendong shania dan membawa ke mobil untuk berangkat ke Rumah Sakit . Si Azar mengobrol dgn shania agar dia tidak hilang kesadaran lagi . Setelah sampai di Rumah Sakit Azar membantu Shania untuk berjalan , lalu sampai diruang periksa dokterpun berkata “Jaga kesehatan , pola makan diatur jangan terlalu memikirkan masalah sepele jadi berat sampai sampai kamu punya penyakit vertigo karena ini, maka dari itu kamu sering pingsan.” Shania pun menjawab “iya dok makasih atas sarannya” . Shania pun kembali kerumah diantar oleh Azar karena Azar takut kalau Shania terjadi apa apa kepada Shania .
Semenjak itu Shania dan Azar lebih dekat , Azar pun sering memberikan perhatian kepada Shania ya seperti membawakan makanan untuknya  , ketika Azar memberikan makanan itu ,  dia berkata “ini untukmu aku buat special buat kamu biar kamu sehat terus dan biar nggak telat makan”  shania pun menjawab “iyaa terimakasih azar” kemudian azar bilang “sama-sama tuan putriku”  Dan semenjak itu Shania merasa dirinya lebih sehat dari sebelumnya , dan yang paling utama tentang perasaan Shania kepada Azar yaa mungkin perasaan yang lebih dari seorang teman J