REMIDIAL ETIKA PROFESI UTS GENAP 2019
TUGAS REMIDI
Hai, hai, murid – murid kelas X AKL, berikut adalah tugas remidi mata pelajaran Etika Profesi.
Bagi yang remidi hukumnya wajib mengerjakan, sedangkan bagi yang tidak remidi, bisa ikut mengerjakan untuk TAMBAHAN NILAI, dan berkesempatan untuk mendapatkan GOLDEN TICKET yang manfaatnya bisa kamu gunakan di masa depan. Heheh.
AYO ASAH KREATIVITSMU LEWAT TUGAS INI!!
Tugas remidinya adalah:
1. Buatlah cerpen (cerita pendek) yang didasari dari materi – materi etika profesi yaitu :
a. Kesehatan Kerja
b. Keselamatan kerja
c. Penyakit Akibat kerja
d. Pertolongan Pertama pada Penyakit atau Kecelakaan Kerja
2. Jika sudah memilih materi mana yang akan dibuat, silahkan pilih sub materi yang lebih spesifik. Misalnya cara penanganan pingsan, dehidrasi, asma, atau boleh juga membahas mengenai penyebab penyakit, atau masalah – masalah kecelakaan kerja seperti banjir, kebakaran, dll.
3. Cerpen boleh bersifat fiksi (tidak nyata, khayalan) boleh juga non fiksi (dari kisah nyata, pengalam pribadi, fakta).
4. Genre yang bisa digunakan bebas dan tergantung pada kesukaan masing – masing, seperti:
a. Romance
b. Sci-Fi
c. Thriller
d. School Life
e. Detective
f. Misteri
g. Horor
h. Slice of Life, etc
5. Bahasa yang digunakan boleh formal ataupun nonfromal. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia.
6. Cerpen dikerjakan secara individu.
7. Jika boleh ditulis tangan atau diketik dengan ketentuan:
Tulis tangan : Minimal 1 halaman folio.
Ketik : 1,5 halaman A4,plilhan dan size huruf bebas, spasi 1,5.
8. Cerpen paling lambat dikumpulkan pada hari Selasa, 27 Maret 2018 pukul 23.59 WIB!
Contoh cerpen bisa dilihat di bawah ini!
Materi : Penyakit Akibat Kerja
Sub Materi : Gejala pingsan dan pertolongan pertama pada pingsan
Genre : Fiksi, Romance
KAMU JATUH, AKU TANGKAP
By : Hilda Tris B
Matahari begitu terik hingga Sinta ingin memarahinya. Siang itu Sinta baru saja pulang dari sekolahnya yang berada tidak jauh dari rumah. Tidak seperti biasanya, hari itu ia pulang sendirian dengan berjalan kaki. Beban berat yang menggantung di bahunya semakin membuat Sinta merasa ingin cepat pulang.
Baru saja ia memasuki gerbang kompleksnya tinggal, ia merasa tubuhnya begitu ringan sampai – sampai ia tidak bisa menopang tubuhnya. Ia begitu yakin ia akan jatuh ke tanah dan sudah menyiapkan diri untuk bertemu dengan aspal sampai akhirnya seseorang menangkap tubuhnya.
Pandangan Sinta sedikit kabur dan kepalanya terasa berat. Pemandangan terakhir yang ia lihat adalah sembuart sinar matahari dan seseorang yang berusaha memanggil namanya.
“Sinta, bangun, kamu nggak papa kan?”kata sosok itu. Sinta merasa pipinya ditepuk dengan lembut. Tapi matanya sudah tidak sanggup untuk mengenali sosok itu.
Semuanya menjadi hitam.
Sinta merasa tubuhnya begitu hangat dan menemukan dirinya sedang tertidur di sebuah tempat yang tidak familiar. Bau obat menyeruak di hidungnya. Matanya mengerjap – ngerjap membiasakan diri.
“Sinta, kamu nggak papa?”kata suara yang begitu ia kenal.
Ternyata itu teman Sinta yang bernama Deasy. Sinta berusaha untuk bangun dan Deasy membantunya duduk.
“Loh, Des, aku dimana?”
“Kamu lagi di puskesmas.”
“Hah? Kenapa aku bisa di puskesmas?”
“Tadi kamu pingsan di jalan, jadinya aku bawa kamu ke sini.”
“Oh, jadi tadi yang nolongin aku itu kamu?”
“Sebenarnya bukan aku sih, tapi si Toni?”
“Toni?”
“Iya, dia tadi yang nolongin kamu, terus dia nelfon aku supaya aku ke sini.”
“Oh gitu, sekarang Toni dimana?”
“Lagi cari minum deh kayaknya, bentar lagi juga balik.”
“Oh gitu.”
“Cieee, kok mukamu merah gitu sih Sin?”
“Apaan sih? Aku kan baru pingsan, jadi wajar kalau mukaku merah gini.”
“Alah, bilang aja kamu seneng kan ditolongin si Toni.”
“Nggak lah, lagian aku sama Toni juga nggak begitu kenal, palingan cuman ketemu dia kalau lagi di kantin.”
“Masak sih?”
“Iya beneran, nomor whatsapp nya aja aku nggak tahu.”
“Mau kukasih nomor whatssapp nya si Toni nggak? Aku punya nih.”
“Ihhh, Deasy, kamu apaan sih.”
Deasy yang masih terus aja menggoda Sinta tidak menyadari kedatangan Toni. Toni yang membawa sekantong belanjaan terlihat berdiri dengan canggung. Sinta pun menjadi salah tingkah.
“Eh, Toni, udah balik.”kata Deasy.
“Iya, nih aku beliin kamu minum.”kata Toni sambil menyerahkan sebotol minuman dingin pada Deasy.
“Thanks. Kalau buat Sinta ada nggak?”goda Deasy.
Toni segera mengambil sebotol teh dan menyerahkannya pada Sinta. Sinta menerimanya sambil menunduk malu.
“Kalau habis pingsan lebih bagus kalau minum yang manis – manis.”kata Toni pelan.
“Makasih.”balas Sinta.
Deasy yang melihat Sinta dan Toni yang terlihat malu – malu sedikit terkikik. Ia kemudian memberi kesempatan keduanya untuk berbicara.
“Aduh, di sini kok panas banget ya? Aku keluar dulu deh, kayaknya di luar lebih adem.”kata Deasy seraya meninggalkan mereka berdua.
“Loh, Des, tunggu.”kata Sinta berusaha mencegah Deasy. Tapi Deasy sudah menghilang di balik pintu.
Toni dan Sinta saling memandang dan suasana menjadi semakin canggung. Keduanya tidak berbicara selama beberapa saat.
“Anu, makasih udah nolongin aku tadi.”kata Sinta memcah keheningan.
“Sama – sama, kebetulan aku ada di sana pas kamu pingsan.’
“Oh ya? kok timingnya bisa pas banget ya?”
“Biasanya aku kalau pulang juga lewat situ, jadi kebetulan aja.”
“Oh gitu.”
Keduanya lalu diam lagi. Toni mengambil minumannya dan meminumnya agar tidak terlihat gugup.
“Enggak, sebenarnya nggak gitu.”kata Toni tiba – tiba.
“Eh?”
“Sebenarnya aku nggak kebetulan lewat situ?”
“Trus?”tanya Sinta penasaran.
“Aku khawatir sama kamu, jadinya aku ngikutin kamu pulang.”
“Hah? Emangnya aku kenapa kok kamu sampai khawatir gitu?”
“Tadi kamu habis olahraga kan, tapi kamu sama sekali nggak minum, dan di kantin pun yang biasanya kita ketemu kamu nggak ada di sana juga. Jadi kupikir kamu pasti kenapa – napa?”
“Aku emang ngerasa agak lemes sih tadi. Telingaku juga berdengung terus.Makanya aku di kelas dan nggak ke kantin.”
“Aku tahu kok. Pas aku lewat kelasmu, kulihat mukamu pucat banget, makanya aku jadi khawatir.”
“Eh? Jadi selama ini kamu merhatiin aku?”
“Heh? Nggak bukan gitu, aku cuman...”Toni sedikit tergagap menjawab pertanyaan Sinta.
“Aku seneng kok kamu ternyata merhatiin aku.”
“Kamu seneng?”tanya Toni secara refleks.
“Anu maksudku aku seneng ada yang perhatian sama kesehatanku.”
“Oh gitu.”
Keduanya diam lagi saling mencuri pandang. Lalu Sinta tiba – tiba saja tersenyum geli. Toni pun ikut tersenyum.
“Sinta, aku boleh minta nomor whatsapp kamu nggak?”
“Eh, boleh. Tapi buat apa?”
“Ya, nggak apa – apa sih. Biar kalau kamu ngerasa mau jatuh pingsan lagi, aku udah siap buat nangkap kamu.”
“Ciee, kalau ini sih namanya bukan jatuh pingsan lagi, tapi jatuh cinta.”kata Deasy sambil menyeruak masuk.
NB. Kesamaan nama atau setting tidak disengaja dan tidak bermaksud apapun. Hehe
-Tamat-
Contoh 2
Materi : Penyakit Akibat Kerja
Sub Materi : Gejala dan Pertolongan Pertama pada
Gigitan Ular, Asma, Luka, dan
Tenggelam
Genre : Adventure and Romance
Eight Forces
CREATED BY :
ZIDAN AFFAN
Pada
suatu saat, Kelompok pecinta alam dari daerah Malang yang beranggotakan Budi,
Anto, Peter, Salsa, Dea, Michael, Viona, dan Mira melakukan petualangan di
Gunung Bromo. Petualangan ini dimulai pada saat mereka masih bersiap – siap
dari daerah Malang, Mereka merencanakan petualangan ini sudah sejak lama dan
akhirnya bisa terlaksana pada saat itu.
Budi :
“Oke guys, kita sekarang persiapan untuk berangkat menuju ke Gunung
Bromo”.
Michael :
“Ini kita masih persiapan”.
Viona :
“Oh iya, kita jangan lupa membawa persiapan P3K ya guys”
Salsa :
“Iya, jadi masing – masing dari kita harus membawa persediaan P3K”.
Setelah
mereka selesai melakukan persiapan, mereka pun berangkat Bersama – sama dengan
menggunakan transportasi sepeda motor. Mereka berangkat dari Malang pukul 12.00
WIB menuju ke Kabupaten Probolinggo dan
sampai di wisata Gunung Bromo pukul 21.00 WIB. Setelah sampai disana mereka
berkumpul di loket dan membayar biaya masuk kekawasan Gunung Bromo dan mereka
juga beristirahat disana. Pada pukul 05.00 WIB, mereka sudah memasuki Kawasan
wisata Gunung Bromo.
Peter :
“Pemandangan disini indah banget, ya?”
Mira :
“Super Indah, guys”.
Dea :
“Ini masih belum seberapa, mungkin disini masih terdapat berbagai keindahan
alam
yang menakjubkan”.
Anto :
“Oke guys, sekarang kita menuju ke Danau Ranukumbolo dan nanti malam
kita juga camping disana untuk istirahat”.
Mereka
pun melakukan perjalanan menuju Danau Ranukumbolo. Setelah melewati setengah
perjalanan, sekitar pukul 12.00 WIB, terjadi hal yang tidak disangka dan tidak
diinginkan. Salah satu dari kelompok pencinta alam tersebut, yaitu Anto terkena
gigitan ular yang berasal dari semak – semak. Anto pun seketika lemas tak
berdaya, Ia terkena gigitan pada kaki kanannya. Sehingga semua temannya pun langsung
menolongnya.
Anto :
“Ahhhhhh……” (teriak kesakitan)
Michael :
“Kamu kenapa Anto ?” (Sambil menopang tubuh Anto yang hamper terjatuh)
Anto :
“Aku terkena gigitan ular” ( Meringik kesakitan)
Semua
teman Anto pun berkumpul untuk menolong Anto. Viona adalah seorang mahasiswa
fakultas kedokteran, jadi Viona pun memeriksa gejala gigitan ular tersebut. Dan
dengan tenang Viona memberikan Pertolongan pertama kepada Anto.
Viona :
“Michael, tolong istirahatkan Anto dan letakkan tempat gigitan ular lebih
rendah dari posisi tubuh lainnya.”
Michael :
“Iya Vi”.
Michael
pun mengistirahatkan Anto sesuai dengan permintaan Viona.
Viona :
“Anto tetap tenang ya. Dan kamu juga jangan banyak bergerak.”
Teman
– teman yang lainnya pu khawatir atas keadaan yang Anto alami, mereka pun hanya
bisa menenangkan dan memberikan pertolongan pertama kepada Anto, mereka tidak
bisa berbuat banyak.
Peter :
“Kamu yang tenang ya, Anto”.
Salsa :
“Kami pasti menolong kamu kok”.
Mira :
“Kamu pasti kuat, Anto”.
Anto
pun hanya terdiam seakan – akan kehilangan harapan akan kelanjutan hidupnya.
Viona membersihkan temp
at gigitan ular tersebut dengan perlahan
dan hati – hati serta tetap berusaha untuk membuat Anto tenang.
Viona :
“Peter, Tolong carikan kain yang kering dan bersih sekarang juga”.
Peter :
“ Iya Vi”.
Viona
pun menutup tempat gigitan ular menggunakan kain tersebut. Sementara Budi sibuk
melonggarkan pakaian Anto.
Budi :
“Mir, tolong sekarang kamu panggil penjaga di daerah sini”.
Mira :
“Iya Bud”.
Mira
berangkat untuk memanggilkan penjaga pada daerah itu. Setelah beberapa saat,
Mira kembali ke tempat teman – temannya Bersama dengan penjaga disana.
Budi :
“Pak, tolong bawa teman kami ke rumah sakit sekarang, Ia terkena gigitan ular
pak”.
Penjaga : “Baik, tapi harus ada salah satu
dari kalian yang menemaninya di rumah sakit”.
Michael : “Saya yang akan menemaninya pak”.
Anto dibawa ke rumah sakit oleh penjaga wisata dan
Michael. Akhirnya, mereka pun dapat melanjutkan petualangan untuk menaklukan
medan Gunung Bromo walaupun tanpa adanya Anto dan Michael.Setelah begitu jauh
mereka berjalan, mereka pun sampai di Danau Ranukumbolo tepatnya pada pukul
18.25 WIB. Budi, Viona, dan Mira mendirikan tenda untuk beristirahat pada malam
yang dingin itu, sedangkan Peter, Dea, dan Salsa mencari kayu untuk
menghangatkan diri. Setelah mereka selesai melakukan tugasnya masing – masing,
mereka pun berkumpul di sekitar api unggun untuk menghangatkan diri.
Budi : “Kita harus lebih hati – hati
dalam melakukan petualangan ini agar hal yang
tidak diinginkan bisa diminimalisir”.
Peter : “Ingat semua pesan Budi ya”.
Viona : “Ya sudah, lebih baik kita
sekarang istirahat agar kita bisa fit untuk
melanjutkan petualangan ini”.
Akhirnya mereka memasuki tenda mereka masing – masing
untuk beristirahat. Mereka sangat Lelah melakukan petualangan ini, walaupun
terdapat berbagai hambatan dan gangguan yang mengancam tidak membuat langkah
mereka berat untuk melangkah. Mereka pun tertidur lelap sampai esok pagi.
Keesokan paginya mereka bersiap – siap melanjutkan petualangan. Mereka pun siap
berangkat.
Salsa : “Ehh.. Guyss, aku masih
kepikiran sama keadaannya Anto nih”.
Budi : “Anto pasti baik – baik saja”.
Salsa : “Aku khawatir banget sama
dia”.
Viona : “Kamu tenang aja sehabis kita menyelesaikan
petualangan ini kita langsung
menuju ke rumah sakit.”
Peter : “Ya sudah, ayo kita
melanjutkan perjalanan ini.”
Mereka melanjutkan perjalanan dengan wajah yang
cerah. Dengan semangat Budi berjalan paling depan untuk menunjukkan arah mana
yang harus dituju. Di tengah – tengah perjalanan, Dea yang mempunya riwayat
penyakit asma pun kambuh akibat dari debu yang beterbangan dimana – mana.
Dea : (Sesak nafas seakan – akan
dia kehabisan nafas)
Peter : “Guyssss…… Tolongin Dea
nihhhh.”
Viona : “Dea kenapa Peter?”.
Peter : “Dea sakit asma, cepat tolong
dia”.
Viona : “Kamu tenang kan Dea biar aku
ambil dulu Inhaler nya”.
Sementara Viona mengambil Inhaler yang berada
dikotak P3K, Peter pun berusaha untuk menenangkan Dea. Setelah itu, Viona pun
kembali dengan membawa Inhalernya.
Viona : “Sal, Kamu longgarkan
pakaiannya, dan aku akan membantunya untuk
menghirup Inhalernya.”
Setelah menghirup Inhaler tersebut, Dea merasakan
keadaannya mulai membaik. Dan dia mulai sadar kembali serta dapat melihat teman
- temannya lagi.
Viona : “Bagaimana keadaanmu sekarang?”
Dea : “Alhamdulillah, keadaanku
sudah membaik.”
Budi : “Kami akan membawamu ke rumah
sakit”.
Dea : “Tidak perlu, aku ingin
melanjutkan petualangan ini. Lagi pula kondisiku kan
sudah membaik, aku ingin menikmati keindahan – keindahan ini. Jadi
biarkan
aku
melanjutkan petualangan ini”.
Budi : “Ya sudah kalau begitu kamu
boleh ikut dengan kami”.
Mereka pun melanjutkan perjalanan tersebut, langkah
demi langkah mereka lalui dera badai dan angin melawan arus mereka berjalan.
Namun, mereka tetap melangkah dan saling menguatkan satu sama lain. Perjuangan
mereka pasti akan menghasilkan suatu hasil yang tidak akan mengecewakan. Mereka
pun hampir sampai ke puncak Gunung Bromo, tiba – tiba terdapat bebatuan yang
longsor dari atas mereka. Untungnya, mereka semua berhasil menghindar dari
bebatuan tersebut.
Budi : “Awass…… semuanya menghindar
ada bebatuan yang longsor”.
Peter : “Semua perempuannya berlindung
dibelakangku”.
Budi : “Jangan sampai ada yang
terluka lagi”.
Beberapa saat kemudian………..
Budi : “Sudah tidak ada lagi batu
yang longsor”.
Peter : “Semuanya sudah aman”.
Budi : “Semuanya baik – baik aja
kan?”
Viona : “Semuanya baik – baik aja, Bud.”
Peter : “Sekarang kita lanjutkan
perjalanannya”.
Akhirnya, mereka semua sampai di puncak Gunung Bromo
dengan wajah penuh kepuasaan hati.
Budi : “Ini dia, Keindahan sebenarnya
dari Gunung Bromo”.
Viona : “Sungguh indah sekali”.
Peter : “Wow….aku baru pertama kali
melihat keindahan seperti ini.”
Mereka pun berkumpul dengan menancapkan bendera
Merah Putih di tengah – tengah mereka dengan rasa bangga, mereka hormat kepada
Bendera Merah Putih tersebut.
Peter : (menancapkan Bendera Merah
Putih)
Budi : “Dengan ini, sebagai bukti
bahwa Indonesia memiliki kekayaan dan keindahan
alam yang luar biasa. Indonesia memiliki orang – orang hebat sebagai
pembangkit bangsa ini. Kita tidak akan tau seberapa keras para pahlawan
berjuang untuk meraih Bendera pusaka Sang Merah Putih. Maka kita harus
menghormatinya. Kita juga harus yakin dalam menjalani hidup, seberapa
sulit pun hidupmu tetaplah jalani dengan tulus. Untuk semua nimat yang
diberikan, Hormatt…. Grak!!!”
Viona : “Kita nggak pernah tau bagaimana
Tuhan menciptakan semua ini tapi aku
yakin ini semua adalah nikmat atas perjuangan yang dialami.”
Ketika mereka semua sedang sibuk menikmati keindahan
Puncak Gunung Bromo, terdapat Budi dan Viona yang sedang bertemu. Budi dan
Viona memiliki rasa saling suka diantara keduanya.
Budi : “Vi, sangat indah ya
pemandangan disini”.
Viona : “Pemandangan ini bukan sekedar
indah, namun ini adalah bukti kekuasaan
yang Tuhan yang dimiliki”.
Budi : “Ada sesuatu hal yang mau aku
bicarakan kepadamu”.
Viona : “Mau bicara apa, Bud?”
Budi : “ Selama 3 tahun, kita bersama
dalam kelompok pecinta alam, aku merasakan
suatu
hal yang berbeda ketika bertemu dengan kamu. Rasanya aku ingin
selalu
dekat denganmu dan selalu siap untuk menjagamu. Aku rasa semua
ini
karena aku sayang sama kamu, kamu mau nggak menjadi pendamping
hidupku?”
Viona : “Eee…… Aku masih butuh waktu
untuk memikirkan itu. Beri aku sedikit
waktu ya, Bud”.
Budi : “Iya nggak apa – apa kok, Vi.
Aku ngerti kok ini terlalu cepat buat kamu.”
Viona : “Terima kasih, kamu sudah mau
ngerti persaanku.”
Tanpa disengaja pembicaraan itupun didengar oleh
Salsa.
Salsa : “Jadi, selama ini Budi suka
sama Viona”.(Dengan terkejut)
Setelah mereka puas menikmati keindahan Puncak
Gunung Bromo, mereka berkumpul dan memutuskan untuk pualng ke Malang. Namun,
sebelum mereka pulang mereka camping 1 malam di Danau Ranukumbolo.
Budi : “Setelah ini, ayo kita pulang
ke Malang.”
Viona : “Tapi, sebelum pulang kita
camping dulu di Danau Ranukumbolo dong”.
Dea : “Iya kita camping dulu 1
malam disini untuk beristirahat.”
Mereka kembali ke Danau Ranukumbolo untuk beristirahat
dan akan kembali ke kota asal mereka besok siang.
Peter : “Ya sudah guys. Sekarang kita
langsung menuju ke Danau Ranukumbolo.”
Salsa : “Let’s go”.
Mereka pun berangkat menuju ke Danau Ranukumbolo.
Walaupun sudah lelah, mereka tetap semangat melakukan perjalanan. Karena rasa
lelah tersebut sudah terbayarkan setelah melihat keindahan Gunung Bromo yang
menakjubkan. Setelah beberapa saat berjalan, Viona tersandung batu sehingga
membuatnya terjatuh dan menyebabkan lututnya terluka.
Viona : “Aduhhhh…… sakit”. (berteriak
dan hampir menangis)
Budi : “Viona, kamu nggak apa – apa
kah?” (dengan khawatir)
Viona : “Lututku sakit banget”.
Dengan tenang, Budi pun menolong Viona.
Budi : “Tolong, kamu ambilkan kotak
P3K. Cepat ya”.
Salsa : “Iya Bud. Segera aku
ambilkan”.
Budi pun membersihkan luka di lutut Viona dengan
menggunakan cairan antiseptik, setelah itu Budi mengoleskan antibiotikpada
luka.
Budi : “Kamu tenang ya Vi. Ini nggak
akan sakit kok”.
Viona : (hanya terdiam)
Setelah itu, Budi menutup luka menggunakan kasa
steril. Budi pun berusaha untuk mengajak Viona berdiri.
Budi : “Ayo Vi. Luka kamu sudah aku
bersihkan kok”.
Viona : “Tapi aku masih sulit untuk
berjalan”.
Budi : “Tenang aja, sekarang kamu naik
ke punggungku biar aku gendong kamu.”
Viona : “Kamu yakin Bud?”
Budi : “Aku yakin banget”.
Salsa : “Cieeeee…. Yang perhatian
banget nih”.
Dea : “Sepertinya ada yang jatuh
cinta nih”
Budi : “Apaan sih?, aku kan Cuma mau
menolong Viona”. (Salah tingkah)
Mira : “Sudahlah Bud, jangan
bohong”.
Viona : (Tersenyum ketika hendak
digendong oleh Budi)
Sambil bergurau, mereka melanjutkan perjalanan
menuju ke Danau Ranukumbolo. Setelah jauh berjalan, mereka sampai di Danau
Ranukumbolo pada sore hari dan langsung mendirikan tenda.
Peter : “Akhirnya, kita sampai juga di
Danau Ranukumbolo.”
Budi : “Ehhh…. Guys, bener ya kita
puas banget tadi”.
Peter : “nggak sia – sia juga usaha
kita untuk kesini”.
Viona : “Rasanya lega banget”.
Budi : “Ayo kita sekarang mendirikan
tenda dahulu.”
Setelah selesai mendirikan tenda, Peter dan Budi
memutuskan untuk berenang di Danau Ranukumbolo.
Budi : “Pet, bagaimana kalau kita sekarang
berenang di Danau?”
Peter : “Ayo Bud, aku sudah lama nggak
berenang nih.”
Budi : “Ayo Pet kita
berenang”.(Berteriak)
Mereka berdua berlari dan melompat untuk berenang di
danau. Viona, Salsa, Dea, dan Mira hanya melihati mereka dari tepian danau.
Viona : “Budi, kamu hati – hati ya”.
Budi : “Iya Vi.”
Mira : “Kalian ini asal – asalan aja
langsung berenang disini, kalau ada apa – apa
gimana?
Dea : “Ihh… Mira, kamu jangan
bilang gitu dong.”
Peter : “Tenang aja semuanya danau ini
aman kok.”
Setelah Peter mengabaikan perkataan Mira, kaki Peter
mengalami keram sehingga ia hampir tenggelam.
Peter : “Tolong……. Tolong……”
Budi : “Peter… Aku akan menolongmu”.
Salsa, Dea, Viona, dan
Mira : (Hanya bisa berdoa, melihat Peter
yang hampir tenggelam)
Budi berusaha menyelamatkan Peter. Akhirnya Budi
berhasil menyelamatkan Peter dan membawanya ke tepi danau.
Budi : “Pet, sadar!!”
Peter : (Pingsan)
Budi memberikan pertolongan pertama kepada Peter
dengan cara menekan dada Peter. Sehingga usaha tersebut membuat Peter sadar
kembali.
Peter : “Uhukkk……”
Budi : “Kamu nggak apa – apa kan?”
Peter : “tidak apa – apa kok Bud”
Mira : “Tadi aku bilangin nggak mau
nurut sihh”
Viona : “Kamu jangn gitu dong Mir. Ini
teman kamu kena musibah”.
Dea : “Iya nih si Mira,
memperburuk keadaan aja”.
Mira : (Cemberut)
Mereka melanjutkan bersenang – senang di Danau
Ranukumbolo hingga menjelang malam hari. Ketika hari mulai gelap, mereka semua
memasuki tenda masing – masing untuk beristirahat.
Budi : “Sekarang kita masuk tenda yuk
guys, aku sudah capek banget nih.”
Salsa : “Oke Bud”.
Waktu sudah menunjukkan larut malam, sehingga mereka
memutuskan untuk istirahat di tenda masing – masing dan melanjutkan perjalanan
kembali pada keesokan harinya. Namun, Budi tidak bisa tidur karena terus
memikirkan Viona.
Budi : “Kira – kira gimana jawaban
Viona ya. Dia mau nggak ya menerima aku. Apa
aku
tanyakan jawabannya besok pagi aja ya. Oke deh aku tanyakan besok
aja.”
Mereka melewati malam yang sunyi itu. Dan pada keesokan
harinya semua telah bangun tidur di pagi hari serta melaksanakan bersih –
bersih. Budi menghampiri Viona yang duduk termenung.
Budi : “Vi, kamu kenapa?”
Viona : “Nggak apa – apa, aku hanya
kepikiran suatu masalah aja”.
Budi : “Oh iya Vi. Bagaimana jawaban
kamu?”
Viona : (Berpikir sejenak) “Akum au kok
menjadi pendamping kamu”.
Budi : “Jadi kamu beneran mau?”
(sambal kegirangan)
Viona : “Iya aku mau”
Setelah mereka selesai bersih – bersih, mereka
melanjutkan perjalanan untuk pulang ke daerah Malang. Mereka berjalan jauh
untuk kembali ke tempat asal mereka. Pada siang hari, akhirnya mereka sampai di
pintu masuk Kawasan Gunung Bromo.
Salsa : “Akhirnya ya kita bisa pulang
dengan selamat”.
Budi : “Ehhh guysss… bagaimana kalau
kita sekarang ke rumah sakit dahulu untuk
melihat keadaan Anto?”
Salsa : “Iya Bud, kasihan banget si
Anto.”
Setelah berbincang – bincang, mereka memutuskan
untuk pergi ke rumah sakit dahulu untuk melihat keadaan Anto. Setelah beberapa
menit perjalanan, mereka akhirnya sampai
di rumah sakit tempat Anto dirawat.
Viona : “Suster, saya mau tanya, saudara
Anto dirawat di ruang mana ya?”
Suster : “Saudara Anto yang terkena
gigitan ular ya mbak?”
Viona : “Iya Suster”.
Suster : “Saudara Anto dirawat di ruang
nomer 22 mbak.”
Viona : “Oh… terima kasih ya sus”.
Suster : “Sama – sama mbak”.
Mereka semua menuju ke ruang 22 untuk melihat
keadaan Anto, sesampainya disana terlihat Anto yang terbaring dan Michael yang
sedang duduk disampingnya.
Budi : “Anto, bagaimana keadaan kamu?”
Anto : “Sudah baikan lah Bud”
Michael : “Bagaimana petualangan kalian seru
nggak?”
Salsa : “Seru banget Michael. Tapi
anggota kita nggak lengkap dalam petualangan
kali ini.”
Dea : “Disana pemandangannya indah
banget.”
Anto : “Ya sudah tidak apa – apa kok.
Lain kali kita kesana lagi.”
Peter : “Siappp to”.
Budi : “Jadi kamu kapan boleh pulang
to?”
Anto : “Nunggu diperiksa dokter dulu
Bud”
Budi memanggil dokter yang ada di rumah sakit
tersebut untuk memeriksa keadaan Anto.
Budi : “Dokter, kapan teman saya Anto
bisa pulang ?”
Dokter : “Diperiksa dulu keadaanya.
Apabila keadaannya memungkinkan untuk
pulang, sudah diperbolehkan pulang”.
Budi : “Ya sudah Dok. Sekarang juga
silahkan diperiksa teman saya.”
Budi dan dokter menghampiri kamar Anto untuk
memeriksa keadaanya. Setelah sesampainya di kamar Anto…….
Dokter : “Permisi, saudara Anto saya
periksa dulu ya”.
Peter : “Iya silahkan dok”.
Dokter memeriksa keadaan Anto yang masih terbaring.
Setelah beberapa saat kemuadian, dokter memberikan informasi mengenai keadaan
Anto.
Budi : “Bagaimana keadaan Anto dok”.
Dokter : “Anto sudah boleh pulang sekarang
juga”.
Semua teman – teman Anto langsung menghadap ke arah
dokter dengan raut muka yang tersenyum bahagia.
Salsa : “Jadi beneran Anto sudah boleh
pulang dok?”
Dokter : “Iya Anto sudah diperbolehkan
untuk pulang”
Dea : “Horeeee…”
Salsa : “Alhamdulillah…”
Peter : “Ehh… Kalian ini berisik aja,
ini itu rumah sakit”.
Mira : “Dasar kalian ini”.
Dengan senang, mereka membantu Anto untuk persiapan
pulang, Peter menolong Anto untuk berdiri, sedangkan Budi dengan yang lainnya
berkemas barang – barang milik Anto.
Michael : “Yaudah guys sekarang kita pulang
yuk”.
Salsa : “Oke guys”
Mereka Bersama – sama keluar dari rumah sakit dengan
tawa yang bahagia. Namun ada satu masalah lagi yang mereka hadapi.
Budi : “Tapi Anto bisa naik sepeda
motor nggak ya ?”
Peter : “Iya kamu bisa apa nggak
Anto?”
Anto : “Tenang aja guysss aku bisa
naik sepeda motor, lagipula lukaku sudah tidak
terasa sakit lagi”.
Dea : “Alhamdulillah…… dehh kalau
gitu”.
Mereka yang menggunakan sepeda motor mereka
berangkat dari rumah sakit yang berada di Kabupaten Probolinggo menuju ke Kota
Malang. Mereka berangkat dari Kabupaten
Probolinggo pada sore hari. Setelah begitu lamanya perjalanan, akhirnya mereka
sampai di Kota Malang pada malam hari.
Budi : “Kita sudah sampai di Kota
Malang nih guys, bagaimana kalau kita menginap
di
basecamp dulu, lalu besok pagi kita kembali ke rumah masing – masing?”
Michael : “Iya aku setuju Bud. Lagipula Anto
kan masih sakit, kasihan dia juga lelah
setelah perjalanan tadi”.
Viona : “Aku pasti setuju kok dengan
kamu” (Sambil tersipu malu)
Salsa : “Kalian belum tau ya kalau
mereka berdua sudah jadian”.
Peter : “Cieeee…. Yang jadian nih”.
Dea : “Bentar ada traktiran nih”.
Budi : “Apaan sih kalian”. (sambl
tersenyum)
Mereka semua menginap 1 malam di basecamp. Hingga
pagi hari menjelang mereka semua bangun dan bersiap – siap untuk pulang ke
rumah masing – masing.
Peter : “Aku pulang dulu ya guys”.
Budi : “Ayo Vi kamu pulang sama aku
aja. Aku anterin kamu sampai rumah kamu”.
Viona : “Iya Bud”.
Mereka semua kembali pulang ke rumah mereka masing –
masing. Inilah petualangan yang paling seru yang pernah mereka lakukan. Kesan
indah dan duka terus teringat di dalam benak mereka. Ada kebahagiaan yang
mendalam di hati mereka. Tuhan memberikan keindahan untuk dijaga dan dinikmati,
seakan – akan itu merupakan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dan kita tidak
pernah tau, walaupun berat perjuangan menghadapi tetapi masih terselip
kebahagiaan dan keindahan yang begitu besar. Say “bye” to Bromo Mountain, and
see you next time off the future.
Contoh 3
CERPEN
Materi : Pertolongan Pertama pada Penyakit atau
Kecelakaan Kerja
Genre : Drama , Romance
“AWAL DARI PINGSAN MENJADI DEKAT”
Oleh:
DEASY CHUMAIROH
X AKL 2
Pada suatu hari
di kantor ada seorang perempuan cantik , dengan wajah yang menarik dia bernama
Shania sebagai sekertaris bos nya tetapi
di sering pingsan dikarenakan banyak
pikiran dalam otaknya . Dan sini ada seorang laki laki muda bernama Azar dia
baik , perhatian , dan suka menolong dia sebagai Manager di kantor itu .
Di Senin pagi
Shania pergi ke kantor dengan semangatnya dia mengendarai mobil barunya sebagai
awal hari dia kerja di kantor tersebut ,
tetapi sayangnya dia lupa untuk sarapan pagi dia sering lupa terhadap dirinya
sendiri sampai sampai di kantornya dia
merasa lemas , kepala pusing , lihat tulisan kecil seperti kabur kabur , “hei
Shania kamu di cariin bos tuh” (kata dishi temannya) “iyaa aku segera kesana,
terimakasih infonya” . Setelah tiba diruangannya Bosnya marah terhadap Shania
karena hari pertamanya dia tidak bisa mengerjakan tugasnya dengan benar , bos
berkata“Shania , saya mau laporan kamu ini bener semua , kamu kenapa ? Baru
diterima kerja kok kerjaanmu gini ?”
Shania pun menjawab “iya pak maaf kan
saya , saya janji tidak akan mengulanginya lagi !” . Setelah itu , Shania pun
meninggalkan ruangan bosnya dia terus memikirkan perkataan bosnya itu , dan dia
segera menyelesaikan tugas tugasnya tanpa ia sadari dia belum makan .
Keesookan
harinya Shania pingsan di kantor , Si azar tiba tiba datang untuk menolongnya
dia berusaha untuk bisa menyadarkan dia , dia menggunakan cara yang bisa
dilakukan oleh semua orang yaitu :
Yang pertama azar membawa shania ke tempat yang posisinya
yang nyaman yaitu terbaring dengan kepala dimiringkan lalu kaki harus
ditinggikan , lalu dishi membantu juga untuk melonggarkan pakaiannya terutama
pada ikat pinggangnya ,lalu azar memberikan aroma terapi dan berusaha untuk
menyadarkannya dengan memanggil namanya dan diberi pijatan pada bagian telapak
kakinya antara ibu jari dan jari telunjuk tindakan ini bisa membantu penderita
pingsan agar cepat sadar . Shania pun sadar lalu dia diberi minuman teh hangat
manis yang akan membantu tubuh merasa lebih baik dan cairan bisa sangat baik
untuk sirkulasi darah . Setelah itu posisikan Shania duduk santai dengan
bersandar, tubuh akan beradaptasi dan membuat peredaran darah bisa bekerja
lebih baik .
Setelah
pertolongan pertama dilakukan, shania dibawah ke Rumah Sakit untuk diperiksa
keadaannya , si Azar langsung menggendong shania dan membawa ke mobil untuk
berangkat ke Rumah Sakit . Si Azar mengobrol dgn shania agar dia tidak hilang
kesadaran lagi . Setelah sampai di Rumah Sakit Azar membantu Shania untuk
berjalan , lalu sampai diruang periksa dokterpun berkata “Jaga kesehatan , pola
makan diatur jangan terlalu memikirkan masalah sepele jadi berat sampai sampai
kamu punya penyakit vertigo karena ini, maka dari itu kamu sering pingsan.”
Shania pun menjawab “iya dok makasih atas sarannya” . Shania pun kembali
kerumah diantar oleh Azar karena Azar takut kalau Shania terjadi apa apa kepada
Shania .
Semenjak itu Shania dan Azar lebih dekat , Azar pun
sering memberikan perhatian kepada Shania ya seperti membawakan makanan
untuknya , ketika Azar memberikan
makanan itu , dia berkata “ini untukmu
aku buat special buat kamu biar kamu sehat terus dan biar nggak telat makan” shania pun menjawab “iyaa terimakasih azar”
kemudian azar bilang “sama-sama tuan putriku”
Dan semenjak itu Shania merasa dirinya lebih sehat dari sebelumnya , dan
yang paling utama tentang perasaan Shania kepada Azar yaa mungkin perasaan yang
lebih dari seorang teman J
8 comments: