REMIDIAL UAS GANJIL 2019/2020
TUGAS REMIDI
Hai, hai, murid – murid kelas X AKL, berikut adalah tugas remidi mata pelajaran Etika Profesi.
Bagi yang remidi hukumnya wajib mengerjakan, sedangkan bagi yang tidak remidi, bisa ikut mengerjakan untuk TAMBAHAN NILAI, dan berkesempatan untuk mendapatkan GOLDEN TICKET yang manfaatnya bisa kamu gunakan di masa depan. Heheh.
AYO ASAH KREATIVITSMU LEWAT TUGAS INI!!
Tugas remidinya adalah:
1. Buatlah cerpen (cerita pendek) yang didasari dari materi – materi etika profesi yaitu :
b. Keselamatan kerja
d. Pertolongan Pertama pada Penyakit atau Kecelakaan Kerja
2. Jika sudah memilih materi mana yang akan dibuat, silahkan pilih sub materi yang lebih spesifik. Misalnya cara penanganan pingsan, dehidrasi, asma, atau boleh juga membahas mengenai penyebab penyakit, atau masalah – masalah kecelakaan kerja seperti banjir, kebakaran, dll.
3. Cerpen boleh bersifat fiksi (tidak nyata, khayalan) boleh juga non fiksi (dari kisah nyata, pengalam pribadi, fakta).
4. Genre yang bisa digunakan bebas dan tergantung pada kesukaan masing – masing, seperti:
a. Romance
b. Sci-Fi
c. Thriller
d. School Life
e. Detective
f. Misteri
g. Horor
h. Slice of Life, etc
5. Bahasa yang digunakan boleh formal ataupun nonfromal. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia.
6. Cerpen dikerjakan secara individu.
7. Tulisan harap diketik dengan aturan Min. 1,5 halaman A4,plilhan dan size huruf 12 pt, spasi 1,5.
8. Cerpen paling lambat dikumpulkan pada hari Rabu, 18 Desember 2019 pukul 23.59 WIB!
Contoh cerpen bisa dilihat di bawah ini!
Materi : Penyakit Akibat Kerja
Sub Materi : Gejala pingsan dan pertolongan pertama pada pingsan
Genre : Fiksi, Romance
KAMU JATUH, AKU TANGKAP
By : Hilda Tris B
Matahari begitu terik hingga Sinta ingin memarahinya. Siang itu Sinta baru saja pulang dari sekolahnya yang berada tidak jauh dari rumah. Tidak seperti biasanya, hari itu ia pulang sendirian dengan berjalan kaki. Beban berat yang menggantung di bahunya semakin membuat Sinta merasa ingin cepat pulang.
Baru saja ia memasuki gerbang kompleksnya tinggal, ia merasa tubuhnya begitu ringan sampai – sampai ia tidak bisa menopang tubuhnya. Ia begitu yakin ia akan jatuh ke tanah dan sudah menyiapkan diri untuk bertemu dengan aspal sampai akhirnya seseorang menangkap tubuhnya.
Pandangan Sinta sedikit kabur dan kepalanya terasa berat. Pemandangan terakhir yang ia lihat adalah sembuart sinar matahari dan seseorang yang berusaha memanggil namanya.
“Sinta, bangun, kamu nggak papa kan?”kata sosok itu. Sinta merasa pipinya ditepuk dengan lembut. Tapi matanya sudah tidak sanggup untuk mengenali sosok itu.
Semuanya menjadi hitam.
Sinta merasa tubuhnya begitu hangat dan menemukan dirinya sedang tertidur di sebuah tempat yang tidak familiar. Bau obat menyeruak di hidungnya. Matanya mengerjap – ngerjap membiasakan diri.
“Sinta, kamu nggak papa?”kata suara yang begitu ia kenal.
Ternyata itu teman Sinta yang bernama Deasy. Sinta berusaha untuk bangun dan Deasy membantunya duduk.
“Loh, Des, aku dimana?”
“Kamu lagi di puskesmas.”
“Hah? Kenapa aku bisa di puskesmas?”
“Tadi kamu pingsan di jalan, jadinya aku bawa kamu ke sini.”
“Oh, jadi tadi yang nolongin aku itu kamu?”
“Sebenarnya bukan aku sih, tapi si Toni?”
“Toni?”
“Iya, dia tadi yang nolongin kamu, terus dia nelfon aku supaya aku ke sini.”
“Oh gitu, sekarang Toni dimana?”
“Lagi cari minum deh kayaknya, bentar lagi juga balik.”
“Oh gitu.”
“Cieee, kok mukamu merah gitu sih Sin?”
“Apaan sih? Aku kan baru pingsan, jadi wajar kalau mukaku merah gini.”
“Alah, bilang aja kamu seneng kan ditolongin si Toni.”
“Nggak lah, lagian aku sama Toni juga nggak begitu kenal, palingan cuman ketemu dia kalau lagi di kantin.”
“Masak sih?”
“Iya beneran, nomor whatsapp nya aja aku nggak tahu.”
“Mau kukasih nomor whatssapp nya si Toni nggak? Aku punya nih.”
“Ihhh, Deasy, kamu apaan sih.”
Deasy yang masih terus aja menggoda Sinta tidak menyadari kedatangan Toni. Toni yang membawa sekantong belanjaan terlihat berdiri dengan canggung. Sinta pun menjadi salah tingkah.
“Eh, Toni, udah balik.”kata Deasy.
“Iya, nih aku beliin kamu minum.”kata Toni sambil menyerahkan sebotol minuman dingin pada Deasy.
“Thanks. Kalau buat Sinta ada nggak?”goda Deasy.
Toni segera mengambil sebotol teh dan menyerahkannya pada Sinta. Sinta menerimanya sambil menunduk malu.
“Kalau habis pingsan lebih bagus kalau minum yang manis – manis.”kata Toni pelan.
“Makasih.”balas Sinta.
Deasy yang melihat Sinta dan Toni yang terlihat malu – malu sedikit terkikik. Ia kemudian memberi kesempatan keduanya untuk berbicara.
“Aduh, di sini kok panas banget ya? Aku keluar dulu deh, kayaknya di luar lebih adem.”kata Deasy seraya meninggalkan mereka berdua.
“Loh, Des, tunggu.”kata Sinta berusaha mencegah Deasy. Tapi Deasy sudah menghilang di balik pintu.
Toni dan Sinta saling memandang dan suasana menjadi semakin canggung. Keduanya tidak berbicara selama beberapa saat.
“Anu, makasih udah nolongin aku tadi.”kata Sinta memcah keheningan.
“Sama – sama, kebetulan aku ada di sana pas kamu pingsan.’
“Oh ya? kok timingnya bisa pas banget ya?”
“Biasanya aku kalau pulang juga lewat situ, jadi kebetulan aja.”
“Oh gitu.”
Keduanya lalu diam lagi. Toni mengambil minumannya dan meminumnya agar tidak terlihat gugup.
“Enggak, sebenarnya nggak gitu.”kata Toni tiba – tiba.
“Eh?”
“Sebenarnya aku nggak kebetulan lewat situ?”
“Trus?”tanya Sinta penasaran.
“Aku khawatir sama kamu, jadinya aku ngikutin kamu pulang.”
“Hah? Emangnya aku kenapa kok kamu sampai khawatir gitu?”
“Tadi kamu habis olahraga kan, tapi kamu sama sekali nggak minum, dan di kantin pun yang biasanya kita ketemu kamu nggak ada di sana juga. Jadi kupikir kamu pasti kenapa – napa?”
“Aku emang ngerasa agak lemes sih tadi. Telingaku juga berdengung terus.Makanya aku di kelas dan nggak ke kantin.”
“Aku tahu kok. Pas aku lewat kelasmu, kulihat mukamu pucat banget, makanya aku jadi khawatir.”
“Eh? Jadi selama ini kamu merhatiin aku?”
“Heh? Nggak bukan gitu, aku cuman...”Toni sedikit tergagap menjawab pertanyaan Sinta.
“Aku seneng kok kamu ternyata merhatiin aku.”
“Kamu seneng?”tanya Toni secara refleks.
“Anu maksudku aku seneng ada yang perhatian sama kesehatanku.”
“Oh gitu.”
Keduanya diam lagi saling mencuri pandang. Lalu Sinta tiba – tiba saja tersenyum geli. Toni pun ikut tersenyum.
“Sinta, aku boleh minta nomor whatsapp kamu nggak?”
“Eh, boleh. Tapi buat apa?”
“Ya, nggak apa – apa sih. Biar kalau kamu ngerasa mau jatuh pingsan lagi, aku udah siap buat nangkap kamu.”
“Ciee, kalau ini sih namanya bukan jatuh pingsan lagi, tapi jatuh cinta.”kata Deasy sambil menyeruak masuk.
NB. Kesamaan nama atau setting tidak disengaja dan tidak bermaksud apapun. Hehe
-Tamat-
6 comments: